Rabu, 03 Februari 2016

Kuliah di Pertanian, Belajar Apa Sih?

Mendengar kata pertanian bagi sebagian orang mungkin yang terbayang adalah sawah, padi, cangkul dan tak lupa kotor belum lagi hidup miskin. Sayapun awalnya berpikiran sama pertanian itu yang nyangkul, nanam padi hingga pada akhirnya tahun 2008 lalu pada saat akan melanjutkan pendidikan dimana waktu itu cukup galau memilih program studi yang akan saya pilih. Kebetulan saya ikut jalur PMDK yang ketika itu siswa IPA hanya bisa memilih program studi eksakta dan jurusan IPS hanya diperbolehkan memilih program studi non eksakta. Karena dari dulu saya sangat cinta dengan matematika, sudah pasti prioritas saya memilih jurusan itu, tak terbersit dalam pikiran saya untuk kuliah di fakultas teknik hingga pilihan kedua jurusan yang saya pilih ketika itu jatuh pada salah satu program studi di fakultas pertanian di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Barat. Sedikit kecewa, saya tak lolos pada pilihan pertama justru di pilihan kedualah saya diterima. Saya mengambil jurusan Agribisnis, bingung dan perasaan campur aduk. 

Hingga dengan kebulatan tekad saya putuskan melanjutkan pendidikan pada jurusan yang sudah saya pilih. Dari sekian banyak orang yang saya temui banyak yang bertanya, kenapa kuliah di pertanian kenapa ngga di ekonomi?, dan yang lebih parah lagi Kuliah di pertanian, mau jadi apa, mau nyangkul lo?. Sebagai mahasiswa baru, saya jawab dengan senyuman saja karena saya sendiri memang belum tahu setelah ini saya akan jadi seperti apa. Dan hari ini saya katakan, saya sama sekali tak pernah menyesal kuliah di fakultas pertanian, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan yang mungkin tidak akan saya dapatkan apabila saya kuliah di jurusan lain. Pernah juga saya dengar, kuliah di jurusan Ilmu Tanah mau jadi apa? Mau jadi tukang gali kubur, aangat konyol bukan. Lantas, apa yang saya dapat? Dari sekian banyak ilmu, paling tidak ada satu hal yang mengubah paradigma saya tentang pertanian itu sendiri. Apa itu?, kalau saja saya tidak pernah mengenyam bangku kuliah di fakultas pertanian mungkin sampai hari ini apabila mendengar kata pertanian yang ada di pikiran saya hanya cangkul, sawah, padi, dan kotor. Saya hanya ingin bilang, pertanian itu bukan hanya cangkul, padi, sawah dan kotor. Bagi orang-orang yang berpikiran seperti itu saya sarankan sedikit memperluas pandangannya tentang pertanian, kenapa pertanian hanya diidentikkan dengan cangkul, padi, dan sawah coba lihat pertanian itu sebenarnya sangatlah luas bukan terbatas pada cangkul dan sawah saja. 

Dalam arti yang luas, pertanian dibagi atas dua hal. Pertama tanaman yang terdiri dari tanaman pangan (padi, jagung, umbi-umbian, dll), tanaman hortikultura (sayur, buah), tanaman perkebunan (sawit, karet) dan kedua hewan terdiri atas ternak dan perikanan. Sangat luas bukan, padi dan sawah hanya menjadi bagian kecil dari pertanian. Pertanian yang sesungguhnya mencakup banyak hal, banyak aspek terkandung di dalamnya seperti aspek sosial dan ekonomi. Lalu, belajar apa saja sih kuliah di fakultas pertanian?. Khusus program studi yang saya pilih (agribisnis), maka akan belajar ilmu yang sangat kompleks bukan hanya ilmu dalam bidang pertanian tapi juga harus menguasai ilmu dalam bidang ekonomi dan sosial. Dalam bidang sosial kita mengkaji mulai dari kehidupan petani dari berbagai aspek seperti kelembagaan, begitu juga dengan bidang ekonominya lulusan agribisnis dituntut bisa menguasai ilmu manajemen dan aspek manajerial. Dalam agribisnis terdapat beberapa subsistem mulai dari hulu sampai hilir itulah proses agribisnis itu sendiri, bagaimana memproduksi suatu komoditas hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Pada proses tersebutlah terdapat peran kelembagaan, lembaga keuangan dan berbagai proses lainnya. Jadi pertanian itu bukan melulu soal padi dan cangkul ada banyak hal lain dipelajari dalam ilmu pertanian. Berikut beberapa mata kuliah yang dipelajari ketika saya kuliah di program studi agribisnis seperti Pembangunan Pertanian, Perencanaan dan Evaluasi Program Pembangunan Pertanian, Manajemen Keuangan, Manajemen Strategi Agribisnis, Ekonomi Manajerial, Manajemen Operasional, Pemasaran, Analisa kelayakan, dan lain-lain. Yang paling menarik adalah kewirausahaan, seharusnya lulusan agribisnis mampu menjadi wirausaha dalam bidang pertanian karena ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah sangat cocok diaplikasikan dalam kweirausahaan di bidang pertanian. 

Tapi sangat sedikit sekali yang tertarik menjadi wirausaha dan lebih banyak bekerja di sektor lain di luar bidang pertanian. Buat yang masih nanya ini dan itu dan kenapa kuliah di pertanian saya hanya ingin bilang kuliah di pertanian kita ngga belajar nyangkul kok apalagi jadi tukang gali kubur. Itu semua hanya kegengsian dan kesensian seseorang terhadap bidang ilmu pertanian karena sesuangguhnya mereka sendiri memang tidak tahu arti pertanian itu sesungguhnya. Kesimpulannya, apapun ilmu yang kita pelajari pasti mempunyai manfaatnya masing-masing dan yang paling penting jangan memandang rendah suatu ilmu atau merasa bidang ilmu yang saya pilih lebih bagus karena tidak indikator yang bisa bidang ilmu yang satu lebih baik dari pada bidang ilmu lainnya karena pada dasarnya setiap bidang ilmu itu mempunyai keterkaitan sat sama lain.

Apa Jadinya Bangsa Ini Tanpa Petani

SETIAP orangtua pasti menginginkan anaknya mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan darinya. Keinginan untuk mobilitas sosial ke arah yang progresif tersebut, membuat orangtua rela membanting tulang mencari nafkah supaya anaknya memperoleh pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Bahkan orangtua berani menyekolahkan anaknya hingga keluar negeri sekalipun.



Terlebih di negara demokrasi seperti Indonesia, di mana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk menduduki suatu jabatan tertentu di pemerintahan. Hal ini tentu menjadi dorongan dan motivasi untuk semua orang supaya bisa menduduki jabatan yang tersedia, caranya yaitu dengan menempuh pendidikan dan spesialisasi ilmu tertentu.

Sebagai orangtua, tentunya wajib memberikan pendidikan yang setinggi-tingginya untuk sang buah hati, tidak terkecuali para petani. Para petani sudah tidak menginginkan anaknya menjadi petani seperti dirinya, sehingga tanpa memandang status sosial di masyarakat, seorang petani ikut berlomba menyekolahkan anaknya demi penghidupan yang lebih baik di masa depan, bahkan rela menggadaikan tanah demi memutus rantai kemiskinan.

Namun, apabila setiap petani tidak lagi menginginkan anaknya untuk menjadi seorang petani seperti dirinya, lalu siapakah yang akan menjadi petani di masa yang akan datang? Paradigma yang berkembang ini tentunya tidak begitu saja tercipta, hal ini ditelurkan karena para petani merasakan pahit dan susahnya menjadi seorang petani, apalagi harus dihadapkan dengan persaingan hidup yang semakin tinggi, kehidupan menjadi petani tidak lagi menjadi pilihan.

Para petani juga ingin menaikkan status sosial supaya terpandang di mata masyarakat. Paradigma yang sudah membudaya ini adalah paradigma yang salah dan harus diperbaiki, karena apabila tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang menjadi petani, lalu siapa yang akan menghasilkan makanan pokok bangsa ini?

Pemerintah jangan memandang permasalahan ini sebagai permasalahan yang biasa. Mungkin menurut berbagai kalangan hal ini wajar didalam masyarakat, namun pemerintah harus melihat faktor-faktor penyebab timbulnya paradigma ini dikalangan produsen pangan tersebut.

Petani menjerit ketika harga pupuk naik, petani menjerit ketika sawahnya kekeringan dan puso, namun pemerintah seakan berlepas tangan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para petani. Ketika pemerintah menaikkan gaji PNS, dan mensejahterakan PNS, di saat itulah terjadi kecemburuan sosial yang sangat laten dari petani terhadap PNS, dan kecemburuan itu diungkapkan melalui keinginan petani supaya keturunan dibawahnya menjadi PNS di instansi pemerintah tertentu.

Apabila melihat sekilas keadaan petani di negara tetangga, di mana petaninya sangat dihargai di negara tersebut. Misalnya saja Negara Vietnam dan Thailand, petani di Vietnam mendapatkan ganti rugi jika hasil panen berkurang. Mereka tidak perlu khawatir soal kerugian dari panen yang rendah karena bencana alam seperti kekeringan, banjir dan angin topan.

Pada 10 November 2010, Swiss Re mengumumkan perkenalan program asuransi berbasis indeks, yang pertama di Asia Tenggara, yang dikembangkan bersama Vietnam Agribank Insurance Joint Stock Company (ABIC) untuk menutupi pinjaman kepada petani padi di 10 provinsi di Vietnam, dengan kemampuan memperpanjang skema untuk seluruh negeri.

Menurut perjanjian itu, ABIC, cabang asuransi Agribank, bank pertanian dan penyedia utama pinjaman pertanian di Vietnam, akan menjamin nasabah petani padi AgriBank terhadap ketidakmampuan membayar kembali pinjaman karena panen yang rendah (http://www.antaranews.com).

Begitupun Thailand, merupakan negara pengekspor beras terbesar dunia, sudah lama berusaha memimpin upaya peningkatan harga beras. Pemerintah negara Gajah Putih tersebut membayar beras dari petani dalam negeri di atas harga pasar. Tujuannya adalah meningkatkan kemakmuran daerah pedesaan. Bangkok enggan menambah pasokan beras ke pasar dengan menurunkan harga. Akibatnya, cadangan beras Thailand kini sudah melebihi 16 juta ton. (http://realtime.wsj.com).

Pemerintah Indonesia seharus dan sepantasnya mencontek tindakan dan gebrakan pemerintah negara-negara tetangga tersebut. Pasalnya, petani di Vietnam dan Thailand merupakan contoh petani yang makmur dan sejahtera. Mereka juga bangga menjadi seorang petani, karena mendapatkan perhatian yang lebih dan sangat dihargai oleh pemerintahnya.

Sedangkan di Indonesia, pekerjaan menjadi petani merupakan pekerjaan yang rendah atau pekerjaan masyarakat kelas menengah ke bawah. Padahal, dari pekerjaan petani ini mampu memberi makan dan menghidupkan lebih dari 230 juta penduduk Indonesia. Vietnam dengan wilayah yang kecil, yaitu hanya 329.560 km² dan Thailand dengan luas wilayah hanya 514.000 km² mampu menjadi negara importir beras dunia, sedangkan Indonesia dengan wilayah daratan Indonesia mencapai 1.922.570 km².

Jangankan menjadi negara eksportir, memenuhi kebutuhan dalam negeri saja harus mengimpor dari negara lain, dan menjadi negara importir terbesar didunia. (www.edukasi,kompasiana.com).

Ironis memang, sebagai wilayah tersubur di dunia, tidak sewajarnya apabila kita mengimpor beras. Jika paradigma ini terus dipupuk dan subur dikalangan petani Indonesia, maka akan terjadi kehilangan petani di negeri ini, dan bisa saja kita mengimpor 10%, 20%, 50% bahkan 100% kebutuhan pangan dalam negeri karena tiadanya penduduk dari negara berlambang garuda ini yang menjadi petani. Tidak ada yang tidak mungkin, jika tidak dibenahi dengan cepat, ketakutan itu akan datang sejalan dengan waktu.


Semoga pemerintah memahami semua jeritan hati petani yang terwakili lewat goresan hitam di atas putih ini. Tulisan ini pun sengaja ditulis oleh seorang anak petani. Petani tidak meminta banyak hal, mereka hanya ingin diperhatikan sebagai bagian dari bangsa ini, kerja kerasnya harus dihargai dengan memberikan kesejahteraan untuk mereka.

Selasa, 02 Februari 2016

Curhatan Mahasiswa Tingkat Akhir

Disini saya akan menulis bagaimana rasanya menjadi mahasiswa tingkat akhir menurut  apa yang saya rasakan, apa yang saya alami, apa yang teman saya alami, apa yang teman-teman saya ceritakan Biarlah kalimat-kalimatnya berantakan dan tak serapi juga tak sebaik sebaik kalimat-kalimat yang ada di skripsi, karna ini cerita saya, ini blog saya, saya yang bercerita dan ini hanya sekedar curahan hati semata.

Berbicara mengenai mahasiswa tingkat akhir, mahasiswa yang udah menelan banyak ilmu semasa kuliah dan tinggal menantikan kelulusan dan wisuda. Tapi mahasiswa tingkat akhir ini sedang berada di puncak penderitaan, nah apa saja sih derita mahasiswa tingkat akhir? Ini dia deritanya :

1.      Mengalami kegundahan hati setiap waktu

Ya, mahasiswa tingkat akhir selalu dihantui rasa gundah gulana, kebingungan, banyak pikiran dan ketakutan (ada yang takut, ada). Mengapa demikian..? Kalian tahu skripsikan..? Tau dong pasti, kalau ga tau coba searching di google dulu. Selama seorang mahasiswa tingkat akhir sedang menyusun skripsi pasti ada saja kegalauan-kegalauan yang dihadapinya, bisa saja seperti berkali-kali ganti judul karna selalu ga pas, gak sesuai, ga bisa dilaksanakan penelitian, gak bisa dijalankan dan gak bisa gak bisa lainnya. Selain itu bisa saja bermasalah dengan pembimbing yang perpeksionis tak hentinya revisi-revisi, bimbingan pertama bilang gak boleh pake yang A yang B aja, udah susah payah di revisi jadi B disuruh ganti jadi C, C lebih bagus katanya, kemudian jungkir balik deh mahasiswa tersebut nyari sumber kemana-mana, begadang tiap malam demi revisi dan akhirnya setelah sudah direvisi jadi C, pembimbingnya bilang kenapa gak pake yang A aja? “Apa?! Saya dipermainkan!” isi hati sang mahasiswa yang harus balik lagi revisi menjadi seperti semula. (iya ada tuh tapi pembimbing yang kadang lupa gitu, pembimbingnya orang lain tapi). Santai kawan, gak usah protes “loh awalnya saya juga kan yang A, tau gini gak usah revis-revisi... bla bla bla” atau protes yang lain-lainnya, gak usah, pembimbing yang lupa/plin plan pun tetep mahasiswa mah salah, maklum mahasiswa kan gak cuman satu. Mahasiswa mah cuman mikirin satu skripsi, pembimbing mikirin banyak skripsi mahasiswa-mahasiswanya, emang mahasiswa lo doang, baiknya ya saling memaklumi saja. Selain masalah revisi ada juga masalah kepikiran, ya kepikiran ini hantunya mahasiswa tingkat akhir. Kepikiran “kenapa kok skripsi saya belum beres?” atau “gimana biar skripsi ini cepet beres?” atau “bingung mau beresin susah nyari sumbernya, pengen cepet beres” atau “ini penelitian dimana? Berhasil gak yah? Gimana kalo ga berhasil?” atau pikiran penuh gimana “gimana kalo gini gimana kalo gitu” dan pikiran-pikiran lain tentang skripsi yang belum beres, tapi ya gitu aja terus, dipikirin aja terus dikerjain engga. Saking banyaknya pikiran buka laptop malah bengong, 5 jam kemudian tepar di alam mimpi. Kemudian jelas banget pastinya kalau mahasiswa tingkat akhir yang lagi nyusun skripsi pasti mengalami kebingungan yang sangat, pasti. Dan juga ada yang mengalami ketakutan, diantaranya takut pembimbing marah, takut salah bikin skripsi, takut gagal penelitian, takut gak beres-beres dan takut-takut lainnya.

2.      Emosi tidak stabil

Persaaan gundah gulana, bingung, galau, takut, dan semacamnya dapat membuat emosi menjadi tidak stabil dan mood berubah-ubah. Disaat skripsi banyak revisian dan sedang berada dipuncak kebingungan, tiba-tiba ada yang minjem laptop, pasti mahasiswa yang sedang puyeng itu langsung marah-marah sama yang minjem sampe ngelempar sendal, sendok, garpu dan alat tulis lainnya. Ketika lagi fokus revisi, udah banyak, udah beres, udah baik kalimat dan kata-katanya eh malah ga ke save, udah yakin itu mah meledak emosinya udah kaya mau bakar api pake air. Atau pas mau di print dan printernya malah ngadat, itu mahasiswa bisa lebih ngadat bisa sampe guling-guling di tanah. Pokonya mahasiswa tingkat akhir itu terkadang tingkat emosionalnya bertambah, marah-marah aja terus. Nah, ada juga yang moodnya berubah-ubah kadang dia bahagia shoping di mall, nonton, makan-makan, jalan-jalan pulangnya dia nangis, iya tiap diem di rumah inget skripsi dan revisian. Atau misalnya lagi nyantai ga ada kerjaan, tidur siang, main game, nonton tv, pas ditanya “skripsi gimana? Udah bisa nyantai aja nih” jawabannya “selow aja santai, dikit lagi” 5 menit kemudian kepikiran, 15 menit kemudian nangis, bingung, marah, curhat ke temen. 2 jam kemudian buka laptop dan bengong selama 3 jam kemudian tepar memasuki dunia mimpi, pas bangun udah lupa lagi, moodnya berubah jadi baik, jadi manusia ramah seperti sediakala sambil update status “selamat pagi”, “pagi dunia” atau “pagi semesta”. Dan terus aja hari-harinya itu dilalui dengan emosi dan mood yang berubah-ubah. Kasian, kan lelah.

3.      Diserang banyak pertanyaan menakutkan

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sangat menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Diantaranya yaitu pertanyaan “ kapan lulus?”, “udah lulus belum?”, “kapan wisuda?” atau “kok kuliah terus? Kapan beres?” nah pertanyaan macam begini ini nih yang ngeri nih, please lah kasian mahasiswa tingkat akhir tuh lagi pada berjuang sabar aja tungguin nanti beres kok kuliahya kalau waktunya sudah tiba. Ya apalagi kadang ada tuh yang gak pernah mengalami kuliah tapi nanya-nanya kenapa kok gak lulus-lulus, dengan pertanyaan yang menyakitkan hati seolah-olah gimana gitu. Beri senyuman dan sabar aja ya kawan mahasiswa. Lalu bagi mahasiswa yang jarang bimbingan eh dijalan ketemu pembimbing ditanya dong “kenapa jarang bimbingan?” nakutin banget ini pertanyaan karna sebelum nanya juga udah takut duluan, atau ada temen yang tiba-tiba nanya “eh ditanyain pembimbingmu tuh, kenapa jarang bimbingan?” temen yang baik nan imut-imut pun jadi menyeramkan kalau nanyanya gini sama mahasiswa yang jarang bimbingan. Kemudian pertanyaan dari mahasiswa jurusan lain, atau yang sejurusan yang nanya “udah bab berapa?” ini kadang ada yang takut ada yang engga, yang engga ya yang udah beres tiap babnya jadi nyantai kalo ada yang nanya masalah “udah bab berapa?” yang belum beres nih bingung mau bilang masih bab 1, dari dulu bab 1 mulu, pasti temennya udah bab 4 lah atau udah beres, rasanya pasti pengen lari sampe ujung dunia.

4.      Kena masalah keuangan

Ongkos bulak-balik bimbingan, ongkos bulak-balik kesana kemari nyari sumber, biaya beli buku sumber, biaya internet, biaya ngeprint, revisi, ngeprint, revisi, biaya penelitian dan biaya-biaya lainnya, jadi siap-siap aja kalau keuanganmu bermasalah tabungan terpaksa keambil buat photocopy atau ngeprint mendadak di rental komputer, gak sempet jalan-jalan karna ga punya uang, ga sempet ke kondangan karna ga punya uang, muka kucel karna pelembab muka abis ga ada uang buat beli lagi dan lain-lain. Jadi jangan heran kalo mahasiswa tingkat akhir kebanyakan keliatannya kucel-kucel.

5.      Masalah kesehatan

Ini pasti dialami, mengapa? Karna skripsi bisa menyebabkan lupa, lupa makan, lupa minum, lupa tidur, lupa waktu, lupa olah raga dan lupa umur (please, umurmu makin menua beresin cepet knapa itu skripsi?). Karena sering kelupaan, akhirnya kurang makan kurang tidur, kena magh, masuk angin, kepala pusing, tekanan darah turun naik ga stabil, muka kusam, jerawatan gak keurus, mata lelah dan badan lesu. Jadi jagalah kesehatan disaat sedang menyusun skripsi.


Oke, sampai disini dulu cerita tentang mahasiswa tingkat akhir dari saya. Jika ada derita-derita lainnya yang terlupakan dan terlewatkan bisa ditambahkan di kolom komentar. Biar kita ga mengalami yang namanya penderitaan semacam ini, so susunlah skripsi kalian sebaik mungkin, yang rajin, yang sabar, yang giat, teruslah berusaha dan berdo’a.

Cinta tidak pernah salah, ego kita yang membuatnya terlihat salah.


Cinta adalah sebuah seni, love is an art. Seperti hidup juga sebuah seni. Jika kita ingin mempelajari bagaimana seni mencinta, sebaiknya kita juga menggunakan proses yang sama saat kita mempelajari sebuah seni.
Cinta bukan sebentuk benda yang dapat dilihat simetris, kanan-kiri. Cinta selalu melibatkan 2 pihak yang berkepentingan dan memiliki kepribadian yang berbeda. Memandang cinta sebagai bentuk benda adalah sia-sia dan melelahkan.
Tetapi mungkin itu jawaban mengapa sedikit orang yang benar-benar ingin mempelajari seni mencinta, meskipun mereka gagal mencinta, meskipun mereka memiliki gairah akan cinta, meskipun mereka haus akan cinta.
Hampir semua hal di dunia ini dianggap lebih penting untuk dipelajari daripada cinta, seperti kesuksesan, uang, kuasa, ilmu sains, pekerjaan, kehormatan, bahkan anak. Hampir semua energi kita gunakan untuk belajar meraih ilmu-ilmu tersebut tetapi tidak ada yang menyentuh seni mencinta.
Seni bercinta iya banyak ilmunya, tetapi bercinta tanpa mencinta itu hampa rasanya.
Mencinta seseorang adalah memberikan diri kita dengan utuh kepadanya tanpa kehilangan diri kita.
Sehingga bila kita tidak memiliki diri kita maka tak akan mampu kita mencinta orang lain.
Miliki dulu diri kita, cintai diri kita, ini bukan tentang egoisme, ini tentang daya kita memberikan hidup pada jiwa kita untuk secara mantap bertanggungjawab penuh dengan segala keputusan yang kita buat, menerima utuh kelebihan dan kekurangan kita, konsekuen dengan perkataan dan berani mengambil sikap sesuai nilai yang kita anut dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial. Itulah esensi dari rasa mencinta ke diri sendiri.
I love myself, I love being myself, I love this world I live in and I take responsibility in everything I step in this world.
Itulah cinta kita pada diri kita.
Berikan itu pada orang yang kita cinta, berikan gairah hidup, pemaknaan diri tanpa memaksa, pemahaman utuh kita tentang dunia, ketelanjangan kita mengenai dunia kita. Tanpa harus kehilangan diri kita sendiri.
Ia juga  memberikan dirinya pada kita. Tanpa kehilangan dirinya.
Hatiku dan hatinya menyatu dan melebur jadi satulah… sehingga terjadi We Love Us, We love for being Us, We love the world we live in, and we will take responsibility in everything we step in this world.
Cinta itu memberdayakan satu sama lain, membuat satu sama lain berkembang pada titik maksimal kehidupan dan tetap saling menautkan hati. Itulah esensi seni mencinta.
Cinta bukan memperdayakan dengan sebatas “jemput aku”, “tolong aku”, “aku akan bunuh diri jika kamu tidak menurutiku”, “aku marah kamu tidak datang”. Itu bukan cinta, itu egois.
Buat apa saling cinta jika hanya saling menyakiti ?  Itu bukan cinta, itu penyiksaan dengan pura-pura mengatasnamakan cinta.
Pengorbanan juga bukan cinta, itu ego. Buat apa kita memberikan diri kita dan kehilangan diri kita hanya untuk membuktikan bahwa aku habis-habisan untukmu lalu aku mati… Itu ego. Itu bukan cinta. Itu bentuk keinginan untuk diakui yang sudah pada titik habis.
Saling mencinta adalah saling berkembang bersama kearah yang lebih baik. Menggandeng jiwa, merangkul harap, melangkah bersama saat gundah, saat bahagia, saat menangis, saat tertawa, saat memandang bersama, saat menunduk bersama… Love is embracing the life  you both have… Love is an art, it’s never be a noun.
Love is an action. Cinta adalah tindakan, tindakan untuk memberdayakan.
Love doesn’t say ” I love you because I need  you”.
Love says “I need you because I love you”
Cinta adalah aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu.
Love is giving but not giving up.
Cinta itu sederhana, ego yang selalu membuatnya tidak sederhana.
Disaat keinginanmu terjebak dalam konflik, maka egomu dan ego orang lain (entah siapapun itu) akan berseteru hanya untuk memenangkan pertarungan, lalu cinta menguap dan dipersalahkan karena tidak tepat.
Cinta tidak pernah salah, ego kita yang membuatnya terlihat salah.

Seperti apa itu cinta..??


Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.
Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.
Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.
Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.

Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal - iman, keberanian, dan pengharapan - penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.

Senin, 01 Februari 2016

Kebanyakan pakai gadget bisa bikin kemampuan otakmu cepat menurun, hayo..!!

Hari gini yang namanya gadget sudah jadi barang wajib yang mesti ada dalam tas kita. Saking pentingnya, ada lho orang-orang yang rela balik lagi ke rumah hanya karena gadgetnya ketinggalan. Semuanya nggak bisa lepas dari gadget. Kerja, ngirim email, browsing, main media sosial, semuanya jadi lebih gampang dengan adanya gadget.

Selain itu, kebanyakan orang memiliki gadget lebih dari satu. Dari mulai handphone, smartphone, tablet, laptop, iPod. Kalau perlu, semuanya kudu dibawa selama beraktivitas. Waduh.!
Tapi ternyata menggunakan banyak gadget nggak selalu hanya memberi banyak kemudahan, lho. Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari University of Copenhagen, Denmark, penggunaan banyak gadget justru berdampak buruk buat otak manusia. Wah...

Menurut penelitian ini, jika pikiran kita fokus pada satu hal dalam satu waktu, informasi yang diterima dapat dicerna dengan benar. Informasi ini kemudian disimpan di dalam "perpustakaan" otak yang namanya hippocampus. Dalam perpustakaan inilah data yang kamu terima akan dikategorisasikan sehingga mudah untuk diambil kembali.

Dikutip brilio.net dari Daily mail, Rabu (15/4), menggunakan banyak gadget sekaligus justru tak bisa menerima informasi yang seharusnya tersimpan rapi di dalam hippocampus. Malah tersimpan di bagian otak lain yang bernama striatum. Nah lho!

Striatum sendiri fungsinya lebih kepada perencanaan dan motivasi, bukan menyimpan data. Sehingga informasi yang kita terima akan lebih sulit untuk dicerna.

Setiap kali manusia berpindah dari satu gadget ke gadget lainnya, tubuh akan mengeluarkan kimiawi L-dopa yang memproduksi dopamin. Peningkatan dopamin ini efeknya sama bahkan bisa lebih besar dampak buruknya dengan penyalahgunaan narkoba. Wah, pantas saja kita jadi pelupa ya?

Kalau kamu, tiap hari bawa berapa gadget?

9 Kesalahan yang mungkin sering kalian lakuin saat mandi

Mandi itu bermanfaat. Selain bisa membersihkan kotoran dan bakteri penyebab bau badan, juga bisa memperbaiki mood kita. Tapi, apa jadinya kalau kesalahan-kesalahan berikut kita lakukan saat mandi guys?
Memangnya ada kesalahan saat mandi?
Dikutip brilio.net dari berbagai sumber, Minggu (19/4), berikut daftar kesalahan selama mandi:

1. Mandi air panasBanyak yang berpikir mandi air panas baik untuk terapi karena bisa merilekskan otot-otot tubuh, tapi dokter kulit menyatakan ada dua alasan mengapa harus menghindari mandi air panas.
Cynthia Bailey, dokter kulit dan pendiri DrBaileySkinCare.com menyatakan bahwa alasan yang pertama adalah air panas bisa menghilangkan terlalu banyak minyak alami (ibaratnya seperti air panas untuk membersihkan minyak pada panci atau wajan). Alasan kedua adalah air panas membawa sirkulasi darah ke kulit sehingga kulit berubah menjadi kemerahan. Hal ini bisa menyebabkan gatal bahkan ruam.
Oleh karena itu, jangan terlalu panas bila hendak mandi sehingga bagi kamu yang memang berkulit kering, agar tidak semakin kering.

2. Mandi terlalu lamaTak jarang saking 'terbuai' dengan kesegaran saat mandi, belum lagi kalau ditambah mandi uap, atau bagi cewek pakai luluran, bikin kita berlama-lama mandi. Bisa sampai 15-30 menit. Padahal itu tidak bagus untuk kelembaban kulitmu. 
"Kamu tidak seharusnya mandi lebih dari 5 sampai 10 menit. Lebih cepat lebih baik," tegas Patricia Farris, dokter kulit dari New Orleans dan Clinical Associate Professor di Tulane University.

3. Menggunakan sabun deodoranMenggunakan sabun deodoran, sabun antibakteri, sampai sabun beraroma wangi-wangian, dan berbahan keras lainnya, ternyata justru menurunkan kadar kelembaban kulitmu, lho.
Rhonda Klein, seorang dokter kulit di Milford menyatakan, "Sabun antibakteri atau deodoran dapat menyebabkan kekeringan ekstrem, gatal-gatal, dan kulit rentan mengelupas. Sabun yang baik adalah untuk penuaan kulit. Seiring bertambahnya usia, kulit menjadi lebih tipis, dan kehilangan lemak, keringat, dan kelenjar penghasil minyak untuk kelembaban kulit."
Asisten Profesor Klinis di bidang dermatologi Yale University ini menyarankan untuk menghindari berbelanja sabun yang mengandung bahan keras seperti parabens, wewangian, triclosan, warna sintesis, formaldehida, sodium lauryl sulfate/sodium laureth sulfate. Semua itu justru memperburuk kesehatan kulit dan menjadikannya kering.

4. Menyabuni seluruh tubuhTernyata ada teknik untuk merawat keseluruhan tubuhmu. Kamu hanya perlu menyabuni bagian wajah, ketiak, pantat, paha, dan telapak kaki. Mengapa? Karena bagian-bagian itu adalah tempatnya minyak dan atau bau badan. Sabun bisa mengenyahkan kotoran dan minyak di area-area tubuh itu. Nah, sementara bagian seperti lengan atau betis, cukup diguyur air saja. Area tubuh ini tidaklah terlalu memproduksi minyak.

5. Terlalu lama melembabkan kulitKalau kamu menggunakan pelembab kulit setelah tiga menit selesai mandi, itu tidaklah tepat, percuma. Baiknya kamu menggunakannya tepat sepanjang tiga menit pertama pasca selesai mandi, saat masih ada air yang menempel di tubuhmu. Dengan begini, pelembabmu akan bekerja sehingga tidak menjadikan kulit cepat kering.

6. Tidak mengganti puff showerKalau kamu tidak rajin mengganti dalam waktu lama alat untuk mandi menggunakan sabun cair ini, kamu keliru. Setelah empat minggu, puff shower harus dibuang karena menjadi tempat tumbuhnya bakteri dan jamur. 
"Itu tidak berbahaya dan bisa pergi kapan saja, tapi bisa membuatmu merasa gatal-gatal," tutur Patricia Farris.

7. Membuang-buang uang untuk produk 'alami'Sekalipun memakai embel-embel alami, produk mandi 'alami' itu tetap bisa berdampak tidak sehat bagi kulit, lho. Menurut Patricia Farris, kata 'natural' bukan berarti semua yang terkandung di dalamnya alami. Dia juga berpesan, selama kita menghindari sabun dengan bahan-bahan keras seperti yang disebutkan di atas, maka kulit kita bisa terjamin aman kelembaban dan kesehatannya.

8. Mencuci rambut setiap hari"Kamu yang punya rambut tipis, lembut, dan halus, harus menghindari keramas terlalu sering. Setidaknya hanya dua kali dalam satu minggu supaya produksi minyak alami tetap seimbang. Rambutmu akan lembab seimbang," terang Andrea L Hayden, Direktur Asosiasi Internasional Trichologists (USA) dan pemilik The Hair Management Group di San Antonio, TX. Trichologists sendiri adalah istilah teknis untuk para profesional kesehatan yang mengkhususkan diri dalam rambut dan kulit kepala.
Nah, buat kamu yang memiliki rambut dengan tekstur kasar atau rambut keriting alami, membutuhkan waktu lebih lama untuk menyeimbangkan jumlah minyak alami. Jadi, keramas dapat dilakukan seminggu sekali. Namun begitu, kalau kamu ingin menyegarkan rambut/kulit kepala pada pertengahan minggu, kamu bisa pakai kondisioner dan membilas secara menyeluruh.

9. Menggunakan sampo yang sama dalam waktu lamaSama seperti kulit yang bisa kering seiring bertambahnya usia, rambut juga begitu. Seiring bertambahnya usia, rambut akan kehilangan protein, elastisitas, dan kepadatan. Maka, mulai gantilah dengan sampo bebas sulfat supaya lebih lembut dan menghindari kerapuhan. 
Nah, jika rambut justru sudah menunjukkan kerusakan, Andrea L Hayden menyarankan untuk segera menggunakan perawatan protein setidaknya sebulan sekali untuk memulihkan protein yang hilang dan meningkatkan kekuatan rambut.

9 Cara mengetahui kawan kamu beneran teman sejati atau bukan

Persahabatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan kita. Nah, masalahnya, sulit banget membedakan teman sejati sama enggak lho, guys.
Persahabatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan kita. Nah, masalahnya, sulit banget membedakan teman sejati sama enggak lho, guys. Bener atau nggak? But, they are (truly) very different, guys!
Terus, bagaimana cara membedakannya? Dikutip dari lifehack.org, Sabtu (4/4), berikut ciri temanmu itu teman sejati atau bukan. Check it out!
1. Mendukungmu dalam segala usaha
Seorang teman sejati akan menjadi orang pertama yang akan mendukungmu. Dia percaya bahwa apa pun yang kamu lakukan, kamu sudah mempertimbangkan matang-matang dan kamulah orang yang paling paham dengan dirimu sendiri. Sehingga kawanmu nggak mau mengintervensimu. Dia menghargai prinsip yang kamu punya.

2. Mencintai kepribadian kamu yang norak
Setiap orang pasti punya sisi norak. Tinggal dia gengsi atau nggak untuk menunjukkannya. Nah, teman sejati nggak akan menyembunyikan kenorakannya dari kamu. Kamu pun sebaliknya. Baik dan jeleknya kamu, dia menerima apa adanya.

3. Memaafkanmu untuk segala sesuatu
Nggak bisa dihindari kita akan melakukan kesalahan, sekecil atau sebesar apa pun itu. Sahabat sejati adalah dia yang mau memaafkan kita karena dia paham bahwa dia pun pasti punya peluang berbuat kesalahan. Ya, walaupun mungkin butuh waktu untuk bisa memaafkan, tapi kalau sudah namanya teman sejati, rasanya sudah ada ikatan emosional yang bikin nggak betah bila saling diam satu sama lain dalam waktu yang lama.

Ketika kamu dan sahabatmu sudah baikan, kalian bisa merencanakan perubahan baik apa yang akan kalian lakukan ke depannya supaya nggak mengulangi kesalahan yang sama. Beda cerita dengan teman abal-abal. Mengakunya teman, tapi kalau kamu bikin kesalahan, sudah mirip pepatah: habis manis, sepah dibuang. Bikin KZL alias kesel!
4. Selalu ada buat kamu
Teman sejati itu bukan hanya ada saat kamu seneng, tapi dalam segala situasi dia siap untukmu. Mereka nggak segan mengulurkan tangannya saat kamu terpuruk. Tapi mereka juga nggak oportunis deketin kamu pas kamu ketiban rezeki banyak. Mereka nggak butuh imbalan atas persahabatan di antara kalian. Asalkan satu sama lain ada untuk masing-masing, beban hati kamu pasti berkurang. Bener atau nggak, guys?

5. Mendukungmu untuk mengeksplor cita-cita
Semakin kita dewasa, semakin kita menemukan apa yang menjadi keinginan diri. Nah, kalau temanmu itu cuma teman pura-pura, dia hanya akan mencibir cita-citamu yang bagi dia sok (padahal aslinya dia iri sama kamu yang bisa punya cita-cita setinggi langit) atau minimal menakuti seolah kamu nggak bisa meraihnya. Beda dong, sama teman sejati. Dia bakal mendukungmu untuk meraih cita-citamu, apa pun bentuk dukungannya.

6. Tahu kebiasaan sepele kamu
Kita semua pasti memiliki kebiasaan sepele. Nah, kalau sahabat sejati, dia pasti tahu hal detail tentang kamu, dari A-Z, dari yang baik-baik sampai yang ih, nggak banget! Begitu juga kamu ke dia. Jadi, kalian punya rahasia tersendiri yang nggak diketahui orang lain. Asyik!

7. Kalian berdua saling menjaga komunikasi
Teman yang pura-pura jadi teman adalah mereka yang menghubungi kalau ada kabar terbaru yang asyik untuk dijadikan gosip dengan siapa saja di luar sana. Beda dengan teman sejati, dalam kondisi apa pun, dia akan menjaga komunikasi sama kamu. Dia menghampirimu bukan hanya kalau sedang butuh aja. Dia maupun kamu saling sadar bahwa kalian memang saling membutuhkan dan nggak akan terpisah sampai kapan pun, walaupun nantinya menjalani kehidupan sendiri-sendiri.

8. Dia bakal menjaga rahasiamu
Teman sejati akan menyimpan semua rahasiamu. Lain cerita dengan teman yang cuma ada maunya. Mereka nggak segan menjadikan curhatanmu sebagai konsumsi publik. Pastikan kamu juga menjadi sahabat sejati bagi temanmu ya, guys.

9. Nggak perlu berpenampilan sok bagus ketika kalian bertemu
Kalau ada teman menuntutmu harus selalu berpenampilan rapi setiap kali bertemu dengan alasan nggak mau menanggung malu ketika kalian jalan bersama, please deh, pikir lagi guys! Mungkin dia bukan teman sejati. Teman sejati nggak akan mengomel soal penampilanmu. Asalkan sopan, dia nggak masalah. Dia hanya ingin ketemu dan berbagi sama kamu. Penampilanmu? Urusan belakangan.

Well, guys, apakah teman dekatmu memenuhi kriteria di atas?

Suatu ketika, aku pernah harus merelakan sesuatu Sesuatu yang sama sekali tidak ingin kulepas Butuh proses yang cukup kuat untuk bisa meyaki...