Kamis, 02 Oktober 2014

Okulasi Mangga

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Kebutuhan akan tanaman dengan sifat yang baik semakin meningkat. Kebutuhan ini bila tidak diimbangi dengan penyediaan tanaman berkulitas dalam waktu cepat akan menimbulkan masalah. Selain itu rendahnya kemampuan menghasilkan tanaman dalam waktu cepat akan menurunkan nilai ekonomis dari pertanian. Oleh karena usaha-usaha diluar batas konvensional harus segera dilakukan untuk mengatasi hal ini.
            Pengembang biakan tanaman dalam hal ini tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional. Pengembangbiakan dengan cara konvensional seperti menggunakan biji akan membutuhkan waktu lama dan sifat dari tanaman baru yang dihasilkan akan berbeda dengan tanaman induk. Oleh karena itu metode pengembangbiakan vegetatif menjadi jawaban dari masalah ini. Pengembang biakan vegetatif adalah pengembangbiakan yang dilakukan secara tidak kawin yaitu menggunakan organ vegetatif dari tanaman.
            Keunggulan pembiakan tanaman secara vegetatif adalah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan individu baru cepat dan individu yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan tanaman induk. Oleh karena itu metode ini adalah metode yang mampu menjawab masalah sebelumnya, karena dengan metode vegetatif ini pembiakan tanaman tidak perlu menunggu tanaman melakukan penyerbukan terlebih dahulu dan juga bisa menjamin bahwa hasil dari tanaman yang dihasilkan memiliki sifat sama dengan tanaman induk.         
Salah satu metode dari pembiakan tanaman secara vegetatif adalah metode okulasi. Metode okulasi atau disebut juga metode Budding adalah metode pengembangbiakan tanaman dengan cara lateral grafting dengan menggunakan satu mata tunas sebagai batang atas. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sifat-sifat baik / unggul yang dimiliki batang atas. Adapun pelaksanaannya dengan menyisikan mata tunas pada batang bawah diantara kedua buku. Bagan batang bawah diatas sisipan mata tunas dihilangkan agar mata tunas ini mempunyai kekuatan tumbuh untuk membentuk ujung batang baru sebagai pengganti bagian batang bawah yang telah dihilangkan.

1.2 Tujuan
1.      Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara membiakkan tanaman dengan teknik okulasi.
2.      Untuk mengetahui keberhasilan pembiakan tanaman secara okulasi dan untuk meningkatkan nilai penggunaan tanaman.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Okulasi
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan setek dan cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik daripada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan sebutan entres atau batang atas (Wudianto, 2002).
2.2 Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas
            Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain (1) mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya, (2) mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas, (3) mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan (4) resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman. Menurut Sumarsono (2002), Stadia entres berpengaruh terhadap pertumbuhan batang bawah. Pertambahan batang bawah yang diokulasi dengan entres muda selama 90 hari mencapai 1,80 cm, sedangkan yang diokulasi dengan entres agaktua dan tua bertambah sebnayak 1,20 cm dan 1,10 cm saja.
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas.  Perbanyakan Batang Bawah   Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tan vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari  pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik  tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman  batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji (Ashari, 1995).
Selain pengaruh batang atas dan batang bawah ada faktor yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi keberhasilan dalam okulasi, faktor tersebut adalah faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan oksigen sangat berpengaruh dalam keberhasilan penyambungan dan okulasi. Faktor berikutnya adalah serangan penyakit yang menyebabkan kegagalan okulasi meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan dan kelembapan yang tinggi (Santoso, 2006).
2.2  Metode Penyambungan
Metode Penyambungan   Menurut Ashari (1995) terdapat 2 metode penyambungan, yaitu sambung tunas dan sambung mata tunas.
1.  Sambung Tunas/Grafting
            Agar persentase jadi dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan 
a.  Batang atas dan batang bawah harus kompatibel.
b.  Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan.
c.  Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat.
d.  Pekerjaan segera dilakukan sesudah entres diambil dari pohon induk.
e. Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah  penyambungan selesai agar tidak  menyaingi pertumbuhan tunas batang atas. Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting), sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching).
2.  Sambung Mata Tunas/Okulasi (Budding)
Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini menurut Ashari (1995) adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini  berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman.
Budding dapat menghasilkan sambungan  yang lebih kuat, terutama pada tahun-tahun pertama daripada metode grafting lain karena mata tunas tidak mudah bergeser. Budding juga  lebih ekonomis menggunakan bahan perbanyakkan, tiap mata tunas dapat menjadi satu tanaman baru. Entres harus segera digunakan untuk okulasi maupun uuntuk sambung, karena penundaan okulasi dan penyambungan lebih dari satu hari sejak pengambilan entres akan menurunkan presentase bibit jadi dan memperlambat pertumbuhan (Sumarsono, 2002).
Metode budding yang sering digunakan antara lain okulasi sisip (chip budding), okulasi tempel dan sambung T (T-budding). Pemilihan metode tergantung pada beberapa pertimbangan, yaitu jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah, ketersediaan bahan, tujuan propagasi, peralatan serta keahlian pekerja (Ashari, 1995).
Teknik okulasi yang pertama kali dipersiapkan adalah pengambilan entres dari pohon induk dilakukan sehari sebelum okulasi yaitu pada sore hari dimana kondisi lingkungan disekitarnya sedang cerah. Cabang-cabang yang digunakan sebagai sumber entris dipotong dengan gunting stek dengan jumlah mata tunas 5 buah per cabang. Potongan-potongan cabang sumber entris diikat menjadi satu dengan tali dan dibalut dengan kertas koran. Kemudian kumpulan cabang-cabang tadi diletakkan di tempat yang lembab. Beberapa jam sebelum okulasi, cabang-cabang sumber entris diambil dari pohon induk. Pada saat okulasi, entris diambil dari cabang sumber entris dengan menggunakan pisau okulasi. Bentuk dari irisan tersebut adalah bulat (Yusran, 2011).

2.3 Taksonomi dan Morfologi Mangga
Menurut Rukmana (1997), tanaman mangga termasuk dalam tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping dua (Dicotyledoneae).Tanaman mangga dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisi              : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub devisi       : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               : Dicotyledoneae (biji berkepng dua)
Ordo                : Sapindales
Famili              : Anacardiaceae (mangga-manggaan)
Genus              : Mangifera
Species            : Mangifera indica L.

2.4 Sejarah Mangga di Indonesia
Para ahli memperkirakan mangga berasal dari daerah sekitar Bombay dan daerah sekitar kaki gunung Himalaya. Kemudian dari daerah tersebut menyebar keluar daerah, di antaranya ada yang sampai di Amerika Latin, terutama Brazilia, sebagian benua Afrika, juga ke kawasan Asia Tenggara, seperti Vietnam, kepulauan Philipina dan pulau Jawa. Pengembangan tanaman buah mangga di Indonesia dapat dikatakan sudah meluas hampir di semua provinsi. Daerah atau wilayah yang paling luas areal penanaman tanaman mangga adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah (Hewindati, 2006).

2.5 Bagian – bagian dari Tanaman Mangga
Menurut Rukmana (1997), pohon mangga termasuk pohon buah-buahan berkeping dua (dicotyledoneae), akar-akarnya tumbuh jauh masuk ke dalam tanah sampai berpuluh-puluh meter, batangnya lurus, besar dan kuat. 4 Bagian-bagian pada pohon mangga yaitu :
1. Akar
Mangga berakar tunggang (bercabang-cabang), dari cabang akar ini tumbuh cabang kecil yang ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus.
Kegunaan akar :
1.      Menguatkan tegaknya pohon
2.      Menyerap unsur hara dari dalam tanah
3.      Alat pernafasan dari dalam tanah
Tidak semua jenis unsur hara yang ada di dalam tanah diambil oleh bulu akar hanya yang dibutuhkan oleh tanaman itu saja yang diambil. Jadi bulu akar hanya mengetahui unsur hara yang diperlukan tanaman.

2. Batang
Batang ialah bagian tengah dari tumbuhan yang tumbuh keatas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu sehingga tanaman mangga tumbuhtegak, keras dan  kuat. Pada batang yang masih muda lapisan yang paling luar terbentuk dari kulit yang sangat tipis, disebut kulit ari atau epidermis, kemudian kulit ini diubah menjadi lapisan gabus. Dalam lapisan kayu terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa unsur-unsur hara dari akar ke atas. Dalam lapisan kulit terdapat lapisan sel yang membawa unsur hara dari daun ke bagian lainnya. Lapisan sel yang di antara kedua lapisan tersebut disebut kambium atau daging pembiak. Kambium kemudian tumbuh menjadi kayu. Oleh karena itu pohon mangga dapat bertambah besar.
3. Daun
Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak terlihat dengan mata telanjang, yang dinamakan kulit ari. Kulit ari ini berlubang-lubang kecil yang yang dinamakan mulut kulit. Melalui mulut kulit inilah udara dapat keluar atau masuk ke dalam badan daun. Tiap-tiap bagian tanaman mempunyai fungsi sendiri-sendiri yaitu untuk bernafas dan asimilasi.
4. Bunga
Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tepung sari yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon itu sendiri. Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu. Bunga mangga terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan kepala putik. Bunga mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi menghasilkan ranting daun biasa.
5. Buah
Pohon mangga berbuah sekitar bulan Agustus samapai Oktober yaitu pada musim kemarau. Musim ini sangat baik pengaruhnya terhadapproses pembentukan dan pembesaran sampai pemasakan buah di pohon. Terdapat pohon mangga yang berbuah terlambat yaitu pada permulaan musim penghujan. Hal ini menurunkan produksi mangga karena banyak bakal buah yang tidak jadi. Buah mangga terdapat pada tangkai pucuk daun. Setiap tangkai terdapat 4 sampai 8 buah, bahkan ada yang lebih. Akan tetapi ada juga yang setiap tangkai buah hanya terdapat satu buah karena buahnya besar dan berat, misalnya mangga kuweni, golek, santok dan mangga merah dari Brazilia. Bentuk buah mangga bermacam-macam : bulat penuh, bulat pipih, bulat telur, bulat memanjang atau lonjong.


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Pembiakan Tanaman secara Vegetatif dengan Metode Okulasi dilaksanakan pada hari  Sabtu, tangga 24 Maret 2012  bertempat di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pisau Okulasi
2. Plastik pengikat
3. Papan nama

3.2.2 Bahan
1. Pohon mangga sebagai batang bawah dan entres mangga

3.3 Cara Kerja
1.   Membuat sayatan melintang miring selebar kurang lebih 1 cm pada pohon pokok.
2.   Melepaskan kulit batang bagian runcing sedikit dan dijepit antara pisau dengan ibu jari, lalu ditarik ke bawah sepanjang kurang lebih 3 cm.
3.   Memotong lidah kulit batang yang terbentuk kira-kira 2/3 bagian, sisanya digunakan untuk menutup entres.
4.   Mengambil entres dengan jalan sebagai berikut : pada 2 cm diatas mata entres dikerat ke bawah dengan kayunya, panjang entres kira-kira 3 cm.
5.   Memeriksa ada tidaknya mata tunas, mata entres kemudian dipasang. Diusahakan bagian kulit batang dengan kulit mata temple menyambung dengan benar.
6.   Mengikat tempelan entres yang telah dipasang, dan diusahakan mata temple tidak terkena air dari luar.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hewindati, Yuni Tri. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Mangga. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, B. 2006. “Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi”. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 3(3):165-173.
Sumarsono, Lasimin. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian Pada Stadia Entres dan Model Mata Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik Pertanian, (7) 1.
Wudianto, Rini. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Yusran dan Abdul Hamid Noer. 2011. “Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis pada Berbagai peerbandingan Pupuk kandang”. Media Litbang Sulteng 4 (2) : 97-104.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suatu ketika, aku pernah harus merelakan sesuatu Sesuatu yang sama sekali tidak ingin kulepas Butuh proses yang cukup kuat untuk bisa meyaki...