Kamis, 02 Oktober 2014

"Memang Ayah Tidak Mengandungmu, Tapi..."

Mungkin ibu lebih kerap menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi apakah kamu tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponmu? 
Semasa kecil, ibulah yang lebih sering menggendongmu. Tapi apakah kau tahu bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih, ayahlah yang selalu menanyakan apa yang kamu lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadamu karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatmu terlelap dalam tidur nyenyakmu. Saat kamu sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas kamu merengut menjauhi ayah dan menangis di depan ibu. Tapi apakah kamu tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanmu, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanmu. 
Ketika kamu remaja, kamu meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah kamu, bahwa ayahmu hanya ingin menjaga kamu, beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan kamu bahkan ibu? Karena bagi ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat kamu sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang kamu melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggumu di ruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temanmu untuk menanyakan keadaanmu, ''dimana, dan sedang apa kamu diluar sana.'' Setelah kamu dewasa, walau ibu yang mengantarmu ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah kamu, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama. 
Disaat kamu merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahmu, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam. 
Saat kamu berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukmu. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ''anakku sekarang sukses.'' Walau kadang kamu cuma bisa membelikan baju itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti kamu menemukan jodohmu, ayah akan sangat berhati – hati mengizinkannya. 
Dan akhirnya, saat ayah melihatmu duduk di atas pelaminan bersama pasanganmu, ayah pun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah kamu memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Tuhan, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suatu ketika, aku pernah harus merelakan sesuatu Sesuatu yang sama sekali tidak ingin kulepas Butuh proses yang cukup kuat untuk bisa meyaki...