Jumat, 28 Maret 2014

Laporan Praktikum



 DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan 2
1.2.1. Tujuan 2
1.2.2. Kegunaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Teori Pertanian Berkelanjutan 3
2.2. Tanaman Pangan dan Holtikultura 3
2.1.1. Teknologi Pangan 3
2.1.2. Holtikultura 4
2.3.  Kompos dan Biogas 4
BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK 5
3.1.  Waktu dan Tempat 5
3.2. Metode Penelitian 5
3.2.1. Tanaman Pangan Padi 5
3.2.2. Pembuatan Biogas 6
a. Cara Membuat Biogas 6
b. Cara Membuat Kompos 8
3.2.3.  Pengolahan Kripik Pisang 9
BAB IV PEMBAHASAN 11
4.1. Teknik Budidaya Tanaman Pangan 11
4.1.1. Budidaya Tanaman Padi Jajar Legowo 10
4.1.2. Sistem Tanam Jajar Legowo 13
4.1.3.  Penerapan Sistem Tanam Legowo 13
4.2. Teknik Pembutan Biogas 21
4.3. Keripik Pisang 26
4.3.1. Proses Pembuatan Kripik Pisang 26
4.3.2. Pemasaran 33
BAB V PENUTUP 35
5.1. Kesimpulan 35
5.2. Saran 35
Daftar Pustaka 36
LAMPIRAN 37
1. Alat Pembuat Kompos 37
2. Alat Pembuat Keripik 38
3.  Alat Pembuat Biogas 39
4. Alat Pengolahan Tanah 40

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Praktek lapangan dipandang perlu karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Lapangan akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun  kenyataan yang sebenarnya.
Praktek memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui secara langsung tentang instansi sebagai salah satu penerapan disiplin dan pengembangan karier dan ketika di lapangan melaksanakan praktek kerja, mahasiswa dapat menilai tentang pengembangan dari ilmu yang mereka miliki. Dengan demikian mahasiswa di tuntut agar Praktek Lapangan menjadi media pengaplikasian dari teori yang diperoleh dari bangku kuliah ke tempat kerja serta meningkatkan hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi.
Praktek Lapangan dapat menjadi media promosi lembaga terhadap institusi kerja. Kualitas lembaga perguruan tinggi dapat terukur dari kualitas para mahasiswa yang melaksanakan praktek kerja lapangan tersebut. Selain itu praktek lapangan juga dapat membantu institusi kerja untuk mendapatkan tenaga kerja akademis yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang dimilikinya. Mahasiswa akan merasakan secara langsung perbedaan antara teori di kelas dengan yang ada di lapangan. Praktek Kerja Lapangan sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengalaman kerja sehingga dapat menjadi tenaga kerja profesional nantinya. Lebih dapat memahami konsep-konsep non-akademis di dunia kerja. Praktek kerja lapangan akan memberikan pendidikan berupa etika kerja, disiplin, kerja keras, profesionalitas, dan lain-lain. Manfaat Praktek Lapangan antara lain:
1.       Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan keterampilan untuk melaksanakan program kerja pada perusahaan maupun instansi pemerintahan. Melalui praktek kerja lapangan  mahasiswa mendapatkan bentuk pengalaman nyata serta permasalahan yang dihadapi dunia kerja . Selain itu, mahasiswa akan menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi di dalam dirinya melalui praktek kerja lapangan.
2.      Bagi Lembaga Perguruan Tinggi

Lembaga dapat menjalin kerjasama dengan dunia usaha, Lembaga BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan Instansi Pemerintahan. Praktek Lapangan dapat mempromosikan keberadaan Akademik di tengah-tengah dunia kerja.
3. Bagi Tempat Praktek
Institusi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang berwawasan akademi dari praktek kerja lapangan tersebut. Dunia kerja atau institusi kerja tersebut akan memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya. Kemudian laporan praktek kerja lapangan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi mengenai situasi umum institusi tempat praktek tersebut.
2.1. Tujuan dan Kegunaan       

2.1.1.      Tujuan

-          Untuk mengetahui secara luas tentang pertanian
-          Untuk mengetahui tentang budi daya tanaman
-          Untuk mengetahui pembuatan kompos dan biogas

2.1.2.      Kegunaan

-          Dapat memahami ilmu pertanian secara luas
-          Mengetahui tentang budi daya tanaman dan ikan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu tersebut kepada masyarakat
-          Mengetahui teknik pembuatan pupuk dan biogas sebagai unsur syarat pokok dalam pertanian



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Teori Pertanian Menurut Para Ahli

a. Menurut A T Mosher (1966)
Pertanian adalah sejenis proses produksi yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
b. Menurut Kaslan Tohir (1952)
Pertanian adalah cabang produksi dimana terdapat perubahan bahan-bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Proses ini bersifat reproduktif yang artinya usaha untuk memperbaharui.
c. Menurut Minderhoko (1948)
Pertanian adalah penggunaan tenaga manusia atas alam dengan tujuan mengarahkan perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berguna bagi manusia sedemikian rupa sehingga akan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan manusia.

2.2. Tanaman Pangan dan Holtikultura

2.2.1.      Teknologi pangan

Teknologi pangan adalah aplikasi dari ilmu pangan untuk sortasi, pengawetan, pemrosesan, pengemasan, distribusi, hingga penggunaan bahan pangan yang aman dan bernutrisi. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.

2.2.2.      Hortikultura

Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar. Orang yang menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis.
2.3. Kompos dan Biogas
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.








BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK

3.1. TEMPAT & WAKTU
Praktek Studi Lapang ini dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)  Batangkaluku di Sungguminasa Kabupaten Gowa Yang berlangsung pada Hari Kamis, Tanggal 29 November 2012, pukul 08.30 sampai selesai
3.2.  METODE PENELITIAN
3.2.1. Tanaman Pangan Padi
Alat dan Bahan Yang diperlukan dalam tanaman pangan padi, yaitu :
1.      Traktor
2.      Bajak Singkal (moldboard plow)
3.      Bajak Piring (disk plow)
4.       Bajak Pisau berputar (rotary plow)
5.       Bajak Chisel (chisel plow)
6.       Bajak Subsoil (subsoil plow)
7.      Bajak Raksasa (giant plow)
8.      Cangkul
9.      Bibit Padi
10.  Sabit
11.  Alat perontok padi
Padi (Oryza sativa) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Tanaman padi yang liar ditemukan di daerah Lereng Timur Himalaya, namun saat ini padi telah ditanam hampir diseluruh penjuru dunia yang memiliki iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya. Lebih dari 90% produksi beras berasal dari Benua Asia, dengan Cina dan India sebagai produsen terbesar (Reed, 1976). Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan untuk menyeleksi atau memilih benih bermutu agar didapatkan benih yang benar-benar berkualitas (bernas) dan vigor tinggi dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gram garam dapur dalam 1 liter air) atau larutan pupuk ZA (1kg pupuk ZA dalam 2,7 liter air). Benih dimasukkan ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (volume larutan 2 kali volume benih) kemudian diaduk dan benih yang mengambang atau terapung di permukaan larutan dibuang.
Cara sederhana dapat dilakukan dengan merendam benih dalam larutan garam dapur menggunakan indikator telur. Telur mentah (bisa telur ayam atau bebek) dimasukkan ke dalam air, kemudian masukkan garam sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai telur terapung ke permukaan. Kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam larutan garam. Benih yang mengapung dibuang dan benih yang tenggelam selanjutnya dicuci sampai bersih dari garam untuk disemai.
Untuk keperluan penanaman seluas 1 hektar benih yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air sampai bersih dari garam kemudian direndam dengan air bersih selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung atau wadah lainnya selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan membasahi wadah dengan air.
Untuk benih padi hibrida tidak diberi perlakuan perendaman dalam larutan garam tetapi langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam.
Lahan persemaian untuk 1 hektar luasan lahan pertanaman sebaiknya 400 meter persegi (4% dari luas tanam) dengan lebar bedengan 1 – 1,2 meter dan antar bedengan dibuat parit sedalam 25 – 30 cm. Saat pembuatan bedengan taburkan bahan organik 2 kg /meter persegi seperti kompos, pupuk kandang atau campuran berbagai bahan antara lain kompos, pupuk kandang, serbuk kayu, abu dan sekam padi. Tujuan pemberian bahan organik ini untuk memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi.
Sistem Tanam
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan tanam menggunakan bibit muda atau kurang dari 21 HSS (hari setelah sebar) dan jumlah bibit 1 – 3 batang per lubang karena bibit lebih muda akan menghasilkan anakan lebih banyak dibanding menggunakan bibit lebih tua.
Pada daerah endemik keong untuk mengantisipasi serangan keong dapat menggunakan bibit lebih dari 21 HSS tetapi dianjurkan tidak lebih dari 25 HSS. Masa kritis serangan keong berada pada 21 hari setelah sebar dan 10 hari setelah pindah tanam.
Tanam dilakukan dengan kondisi lahan jenuh air (ketinggian air kurang lebih 2 cm dari permukaan tanah macak-macak) dengan jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Gunakan jarak tanam yang beraturan seperti model tegel 20 X 20 cm (25 rumpun/meter persegi) atau 25 X 25 cm (16 rumpun/meter persegi). Pengaturan jarak tanam dapat dilakukan dengan menggunakan caplak atau tali sebagai mal.
3.2.2. Pembuatan Biogas
a. Cara Membuat Biogas (Gas Metan, CH4)
Alat dan Bahan
1.    Biang (Ragi)
2.    2 Liter Kotoran Ternak
3.    2 Liter Air
4.    Sebuah Drum Besar dan Sebuah Drum Kecil
Cara Membuat :
1.    Siapkan biang atau ragi, sekitar 2 liter kotoran ternak segar, + 2 liter air. Simpan dalam botol/jerigen terbuka selama 2 bulan.
2.    Siapkan drum besar, masukkan kotoran bersama peragi, beri air 1 : 1, sesekali diaduk sampai penuh.
3.    Masukkan drum kecil terbalik (tidak bocor) yang sudah diberi selang dan kran udara pengeluar gas dan udara. Tekan sampai tenggelam sempurna (tidak boleh ada udara terkurung).
4.    Sekitar 2 minggu, drum kecil mulai terangkat, berarti biogas sudah timbul gas. Gas pertama dibuang dengan membuka kran, drum kecil ditekan, karena tercampur udara. Bila dinyalakan bisa meledak. Selanjutnya gas elpiji (LPG) gratis ini sudah dapat dipakai untuk memasak.
Bila gas sudah habis, tidak diproduksi lagi berarti kotoran ternak tersebut sudah jadi pupuk kompos, tidak bau, penyubur tanah, sayuran kualitas istimewa, harga mahal. Untuk menghemat kotoran ternak, dapat juga dicampur makanan bekas yang, sayuran, sampah organik.
b. pupuk kandang
Pembuatan kompos sebaiknya dikerjakan:
(1). dalam bangunan yang memiliki lantai rata, keras dan bebas dari genangan air, serta adanya atap yang melindungi dari terik matahari dan hujan,
(2). dekat dengan sumber bahan organik: jerami, pupuk kandang, sampah, sekam, dedak dll.,
(3). dekat dengan sumber air, dan
(4). transportasi mudah.
Alat yang diperlukan: Garuk atau cangkul, Pemotong rumput atau sabit, Gembor, Ember, Cetakan kayu dan Karung atau plastik.
Bahan
1. Jerami dicacah halus 3- 5 cm : 500 kg
2. Pupuk kandang : 500 kg
3. EM-4 : 500 mL
4. Gula pasir : 250 gram
Cara pembuatan:
1.      Larutan EM-4. Masukkan 20 mL EM-4 + 10 gram gula pasir + air bersih 1.000 mL ke dalam jerigen tertutup rapat, digojok merata dan difermentasikan selama 24 jam.
2.      Jerami + pupuk kandang dicampur merata di atas lantai.
3.      Tambahkan larutan EM-4 ke kemudian diaduk merata sehingga kadar lengas dalam adukan tersebut sekitar 30%. Ambil segenggam bakal kompos tersebut, jika diperas air mulai menetes
4.      Buat gundukan setinggi 60 cm, tutupi dengan karung goni.
5.      Setiap 2 hari gundukan tersebut diperiksa, jika temperatur > 50 oC gundukan harus dibongkar dan dianginkan. Setelah dingin buat gundukan kembali, tutup dengan karung goni. Jika terlalu kering tambahkan larutan EM-4.
6.      Setelah 3 minggu gundukan dibongkar. Kompos diayak dengan saringan kasa 2 cm. Bahan yang tidak lolos saring dikomposkan kembali.
3.2.3. Pengolahan Kripik Pisang
   Kripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat keripik pisang adalah sebagai berikut:
1.      Pisang
2.      Air Bersih
3.      Minyak goreng

Dalam pembuatan kripik pisang dapat ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP). Tujuan penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki tekstur, rasa, dan penampakan. Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun jumlahnya harus memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Persyaratan bahan tambahan pangan mengacu pada SNI 01-0222-1995, Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan kripik pisang adalah :
1.      Gula pasir
2.      Garam dapur
3.      1 sdt kapur + 1 liter air
4.      Minyak goreng
Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kripik pisang antara lain:
1.      Baskom
2.      Alas Telenan
3.      Alat perajang (slicer)
4.      Pisau stainless steel
5.      Ember plastik
6.      penggorengan (wajan)
7.      Tungku atau kompor atau kompor gas
8.      Tampah
Cara Membuat Keripik Pisang :
  • Kupas pisang
  • Iris serong tipis tipis
  • Rendam kedalam larutan air kapur selama 1 jam
  • Angkat angkat cuci sampai bersih dan tiriskan
  • Masukan irisan pisang ke dalam wadah beri garam halus, aduk-aduk sampai rata diamkan selama 5 menit
  • Panaskan minyak lalu goreng irisan pisang sampai kering dan renyah
  • Tiriskan hingga menunggu sampai dingin, dan siap dihidangkan
Untuk keripik pisang manis dapat ditambahkan gula pasir halus pada keripik yang sudah digoreng, atau bisa juga ditambahkan coklat yang dilelehkan untuk membuat keripik pisang coklat



BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
Indonesia adalah negara agraris tempat tumbuh berbagai jenis tanaman pangan. Walaupun saat ini banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang diekspor namun dulunya Indonesia pernah dikenal sebagai negara swasembada pangan. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya.
Oleh karena itu, sebagian besar tanaman pangan yang ditanam di negara ini adalah padi. Daerah lumbung padi di Indonesia sebagian besar adalah di pulau Jawa, Bali dan Sumatra. Walaupun sebagian besar beras diekspor dari negara lain, namun ketiga pulau inilah yang menyumbang konsumsi beras nasional. Selain padi, makanan pokok lainnya adalah sagu, singkong, jagung serta ubi.
Tanaman pangan yang dapat ditemui sehari-hari dan ditanam di pekarangan rumah adalah sayur mayur dan buah-buahan yang dapat diolah menjadi masakan dan beberapa tanaman dapat dimakan tanpa harus dimasak. Di Jawa Barat, sebagian besar masyarakatnya biasa memakan sayuran mentah yang dijadikan lalapan dan sebagian besar dari sayuran tersebut diambil dari kebun mereka sendiri.
Memakan sayuran dari kebun sendiri lebih sehat daripada membeli sayuran di pasar karena sayuran kebun tumbuh secara alami tanpa terkena bahan-bahan yang berbahaya seperti pestisida. Banyak memakan sayuran dan buah sangatlah baik untuk kesehatan. Selain mengandung banyak serat dan vitamin, tanaman juga dapat membuat awet muda, memuluskan kulit serta melunturkan lemak.
Selain kedua jenis tanaman tersebut, jenis tanaman pangan lainnya adalah tanaman yang dapat diolah menjadi makanan lain atau jenis holtikultura. Salah satu contoh jenis tanaman ini adalah kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi tempe, tahu, susu dan makanan lainnya. Tanaman holtikultura juga merupakan bagian dari pertanian yang memiliki peranan penting bagi dunia industri di Indonesia.
Tanaman tersebut menjadi bahan baku pokok untuk berbagai produk makanan, baik yang diawetkan/instan atau makanan lainnya. Selain itu, holtikultura juga mendatangkan devisa bagi negara yaitu sebagai komoditas ekspor. Sayangnya dunia pertanian di Indonesia saat ini mengalami kemunduran.
Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak menaruh minat serius untuk mengembangkan berbagai bibit tanaman unggul seperti yang difokuskan pada jaman Orde Baru ketika Indonesia terkenal jaya sebagai negara swasembada pangan yang menjadi kiblat percontohan negara-negara lainnya terutama negara tetangga.
Namun, walaupun beberapa bahan makanan pokok dan tanaman holtikultura penting saat ini masih diimpor dari negara lain, kebutuhan tanaman pangan di Indonesia masih mencukupi untuk konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
            Tanaman di misalkan tanaman padi. Padi merupakan tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya. Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Hama yang banyak menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah (lembing batu), walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi. Hama tikus merusak tanaman padi pada semua fase tumbuh dari semai hingga panen, bahkan sampai penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Pada serangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2baris padi di pinggir petakan. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi dalam sarangnya ditanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dandi daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi kedaerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki. Dalam penanggulanga hama tikus biasanya para petani menggunakan emposan tikus, Alat ini efektif untuk digunakan membasmi hama tikus disawah. Caranya adalah dengan membakar jerami plus belerang didalam tabung alat, kemudian menghembuskan angin dengan cara memutar tuas kipas, maka asap beracun akan keluar. Asap inilah yang dimasukkan/ diarahkan ke dalam lubang-lubang tempat tikus bersembunyi dilahan persawahan. Dengan pengasapan ini maka tikus-tikus tersebut akan mati. Keunggulannya yaitu kaerna menggunakan bahan pipa galvanized sehingga tahan karat dan lebih awet
4.1.1. BUDI DAYA TANAMAN PADI JAJAR LEGOWO
             Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi.
4.1.2.  SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
1.      Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
2.      Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
3.      Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
4.      Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
5.      Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
4.1.3. PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
sistem tanam jajar legowo (2 : 1)
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
sistem tanam jajar legowo (3 : 1)
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
sistem tanam jajar legowo (4 : 1)
Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 + jumlah legowo).
Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut ;
Jajar legowo (2 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
Jajar legowo (3 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %
Tipe sistem tanam jajar legowo (4 : 1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.
Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah ;
1.      Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
2.      Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
3.      Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
4.      Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
5.      Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.
Dengan budi daya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.
Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.
Padi sawah menganjurkan untuk mengatur jarak dan populasi tanaman dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem tanam dengan pengaturan jarak tanam tertentu sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan penerapan sistem tanam jajar legowo karena adanya keuntungan dan kelebihan yang lebih dibanding dengan sistem tanam konvensional (tegel) diantaranya yaitu :
  • Adanya efek tanaman pinggir
  • Sampai batas tertentu semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen
  • Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong atau mina padi
  • Pengendalian hama, penyakit dan gulma menjadi lebih mudah
  • Dengan areal pertanaman yang lebih terbuka dapat menekan hama dan penyakit
  • Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sistem tanam jajar legowo yang dapat diterapkan adalah sistem tanam jajar legowo 2 : 1 atau 4 : 1 dan penyulaman tanaman dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam).
Pengairan Berselang (Intermittent Irrigation)
Pengairan dilakukan dengan sistem pengairan berselang (intermittent irrigation). Pengairan berselang adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian yang bertujuan untuk :
  • Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi lebih luas
  • Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam karena akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak
  • Mencegah timbulnya keracunan besi
  • Mencegah penimbunan asam organik dan gas hidrogen sulfida yang menghambat perkembangan akar
  • Mengaktifkan jasad renik (mikrobia tanah) yang bermanfaat
  • Mengurangi kerebahan
  • Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah)
  • Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
  • Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
  • Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Teknis penerapan pengairan berselang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 HST (hari setelah tanam) dimana petakan sawah diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air sampai kondisi air di petakan habis dan tanah mengering sedikit retak. Baru pada hari ke 4 (7 HST) petakan sawah diairi kembali hingga genangan air setinggi 3 cm dan tidak ada penambahan air sampai kondisi air dipetakan habis dan tanah menjadi mengering sedikit retak kembali. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.
Pada saat mulai fase pembentukan malai (bunting) sampai pengisian biji petakan sawah digenangi terus. Petakan dikeringkan kembali saat 10 – 15 hari sebelum panen.
 tanah yang cepat menyerap air atau berpasir selang waktu pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi selang waktu pengairan dapat diperpanjang yaitu dengan selang waktu 5 hari.
Pengairan berselang secara efektif dan efisien hanya dapat dilakukan pada areal sawah irigasi teknis yang dapat dengan mudah mengatur masuk dan keluarnya air pada areal persawahan. Pada sawah-sawah yang sistem drainasenya tidak baik (sulit dikeringkan) atau sawah tadah hujan pengairan berselang (intermittent irrigation) tidak perlu diterapkan.
Pemupukan Berimbang
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menerapkan pemupukan berimbang secara efektif dan efisien sesuai kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Pemupukan berimbang adalah pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman adalah unsur N (nitrogen ; dalam bentuk pupuk urea), P (phospat ; dalam bentuk pupuk TSP/SP36) dan K (kalium ; dalam bentuk pupuk KCL).
Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan bagan warna daun (BWD). Bagan warna daun adalah sebuah alat untuk mengukur tingkat kebutuhan N tanaman dengan mengukur skala tingkat kehijauan warna daun sehingga dapat diketahui jumlah kebutuhan unsur hara N tanaman.
Nilai pembacaan bagan warna daun (BWD) digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman.
Pemberian pupuk awal N diberikan pada umur tanaman sebelum 14 HST ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Dosis pupuk awal N (urea) untuk padi varietas unggul baru adalah 50 – 75 kg/ha, sedangkan untuk padi tipe baru dengan dosis 100 kg/ha. Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan kedua (tahap anakan aktif ; umur 21 – 28 HST) dan pemupukan ketiga (tahap primordia ; umur 35 – 40 HST). Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru pembacaan BWD juga dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dan 10 % berbunga.
Pemupukan dilakukan dengan cara disebar/ditabur merata di seluruh permukaan tanah. Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Status hara tanah P dan K dapat ditentukan dengan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Tiap wilayah telah memiliki dosis rekomendasi pemupukan P dan K yang berdasarkan pada uji tanah sawah yang dilakukan oleh instansi terkait (Balai Penyuluhan/Dinas Pertanian).
 Skala tingkatan status hara tanah P dan K pada suatu lahan sawah yaitu tinggi, sedang dan rendah sebagaimana termuat dalam tabel di bawah ini :
Pupuk P diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemupukan N yang pertama pada 0 – 14 HST. Pupuk K pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K rendah (dosis 100 kg/ha KCL) diberikan 50 % sebagai pupuk dasar (pemupukan pertama) dan sisanya diberikan pada masa primordia.
Pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K sedang – tinggi (< 50 kg KCL/ha) pupuk K diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar (0 – 14 HST).
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan pertanaman dari rumput dan tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (gulma) di areal pertanaman karena dapat mengganggu perkembangan tanaman pokok. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak) atau menggunakan herbisida.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah lebih menganjurkan melakukan penyiangan dengan menggunakan alat gasrok karena sinergis dengan pengelolaan lainnya dan lebih memiliki keuntungan yaitu :
  • Ramah lingkungan
  • Hemat tenaga kerja sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan penyiangan menggunakan tangan
  • Memberikan sirkulasi udara ke dalam tanah sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman
  • Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah sehingga pemberian pupuk menjadi efisien.
Penyiangan menggunakan gasrok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 10 – 15 HST
  • Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan diulangi 10 – 25 hari kemudian
  • dilakukan pada kondisi air macak-macak dengan ketinggian 2 – 3 cm
  • Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan
  • Dilakukan dua arah yaitu diantara dan di dalam barisan tanaman.
Pengendalian gulma atau penyiangan secara manual hanya efektif dilakukan apabila air di petakan sawah dalam kondisi macak-macak atau tanah jenuh air. Jika kondisi tidak memungkinkan dilakukan penyiangan/pengendalian gulma secara manual dan populasi gulma sudah tinggi maka pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT)
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam dan tidak menimbulkan kerugian yang besar.
 hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit diantaranya dengan melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat menjadi lebih tepat.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dapat dilakukan dengan menggunakan strategi diantaranya :
  • Gunakan varietas tahan hama dan penyakit
  • Tanam tanaman yang sehat
  • Memanfaatkan musuh alami
  • Pengendalian secara mekanik (menggunakan alat) dan fisik (menangkap)
  • Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu.

Panen dan Pasca Panen
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah sangat memperhatikan proses penanganan panen dan pasca panen. Panen dan pasca panen harus ditangani secara baik dan benar karena penanganan panen dan pasca panen yang tidak baik dan benar dapat menyebabkan kehilangan hasil 4 – 18 %.
atkan butir padi dan beras dengan kualitas baik perlu memperhatikan ketepatan waktu panen. Panen terlalu cepat dapat menimbulkan prosentase butir hijau tinggi yang berakibat sebagian butir padi tidak berisi atau rusak saat digiling. Panen terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan tercecer di sawah atau beras pecah saat digiling.
Umur tanaman padi mungkin berbeda antara varietas satu dengan varietas yang lainnya sehingga hal ini juga perlu diperhatikan. Hitung sejak padi berbunga biasanya panen dilakukan pada 30 s/d 35 hari setelah padi berbunga. Jika malai telah menguning 95 % segera lakukan pemanenan.
Panen dilakukan dengan cara memotong padi menggunakan sabit bergerigi 10 – 15 cm dari atas permukaan tanah atau dari pangkal malai jika akan dirontok dengan power thresser. Panen sebaiknya dilakukan secara berkelompok (15 – 20 orang) yang dilengkapi dengan alat perontok. Dengan cara ini maka tingkat kehilangan hasil pada saat panen dapat dikurangi.
tik atau terpal sebagai alas padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok. Sesegera mungkin padi dirontokan, apabila panen dilakukan pada waktu pagi hari sebaiknya sore harinya segera dirontokkan karena perontokkan yang dilakukan lebih dari dua hari dapat menyebabkan kerusakan beras.
Perlu diperhatikan juga jika perontokkan padi dilakukan dengan cara tradisional (di-gepyok) maka gunakan alas dari plastik atau terpal yang lebarnya mencukupi dan bagian pinggir plastik atau terpal dilipat keatas yang berfungsi sebagai dinding untuk menahan butir padi terlempar keluar dari alas sehingga dapat mengurangi kehilangan hasil.
Proses selanjutnya adalah penanganan pasca panen. Gabah yang sudah dirontokkan dijemur di atas lantai jemur atau jika tidak ada bisa menggunakan terpal. Gabah dijemur dengan ketebalan 5 – 7 cm dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali hingga kering. Gabah kering jika tidak langsung digiling harus disimpan di tempat yang bersih dalam lumbung/gudang yang bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Gabah yang akan dikonsumsi agar diperoleh beras dengan kualitas baik disimpan dengan kadar air 14 %. Sedangkan gabah yang akan digunakan sebagai benih disimpan dengan kadar air 12 %.
Gabah yang akan disimpan dalam waktu lama harus memiliki kadar air yang lebih rendah. Untuk penyimpanan 4 – 6 bulan gabah harus memiliki kadar air 12 % dan apabila disimpan selama 7 – 12 bulan kadar air gabah 11 %.
Yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah adalah tempat penyimpanan dan wadah yang digunakan untuk mengemas gabah. Gudang atau tempat penyimpanan harus bersih dari kotoran dan hama, dapat melindungi gabah dari hama seperti tikus dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
Wadah pengemas dapat menggunakan kemasan karung, kemasan plastik dan kemasan yute. Kemasan harus dapat melindungi gabah dari hama, kerusakan fisik terhadap goncangan dan mudah dipindahkan. Simpan gabah dengan ditata rapi secara bertumpuk dan mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sebaiknya kemasan atau karung disimpan tidak langsung menempel pada dinding karena dapat mempengaruhi kelembaban padi dalam kemasan.
Pencegahan dan pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Penggunaan insektisida jangan langsung disemprotkan pada butiran gabah karena dapat mempengaruhi kualitas gabah.
Gabah yang sudah disimpan jika akan digiling diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum digiling untuk menghindari butir beras pecah.
4.2. TEKNIK PEMBUATAN BIOGAS
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda Biogas atau sering disebut pula gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam dalam air dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa udara). Biogas ini sebenarnya dapat pila terjadi pada kondisi alami. Namun untuk mampercepat dan menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya zat tersebut.
Jika kotoran ternak yang yang telah dicapur air atau isian (slurry) dimasukkan kedalam alat pembuat biogas maka akan terjadi proses pembusukan yang terdiri dari dua tahap, yaitu proses aerobik dan proses anarobik. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil prosesnya berupa karbon dioksida (CO2). Proses ini berakhir setelah oksigen didalam alat ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut pada tahap kedua (proses anaerobic). Pada proses yang kedua inilah biogas dihasilkan. Dengan demikian, untuk menjamin terjadinya biogas alat ini harus tertutup rapat, tidak berhubungan dengan udara luar sehingga tercipta kondisi hampa udara (tanpa udara).
Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam prosesntasenya yang cukup tinggi (54 – 70 %). Akibat lain yang ditimbulkan karena penggunaan kotoran ternak sebagai biogas adalah :
1.      Mengurangi ketergantungan pada pemakaian minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya mahal.
2.      Mengurangi dampak yang muncul dari polisi yang disebabkan oleh kotoran.
3.      Dalam jangka panjang, diharapkan mampu mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan bakar sehingga kelestarian hutan menjadi lebih terjaga.
4.      Sisa campuran kotoran yang sudah tidak menghasilkan gas (sludge) dapat digunakan pupuk organik yang baik.

BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat peralatan adalah :
1.      3 buah drum (200 Liter) dan sebuah drum (120 liter). Bisa terbuat dari seng atau plastik.
2.       pipa dengan diameter 0,5 inchi (1,25 cm) dilengkapi dengan kran untuk saluran gas.
3.      pipa dengan diameter 2 inchi (5 cm) untuk sdaluran isian dan pembuangan.
4.      corong dengan dimeter ujung 2 inci, sebagai corong pemasukan.
5.      selang untuk penyaluran gas.
DESAIN ALAT
Cara membuat alat sebagai berikut :
1. Tabung Produksi
Dua drum (200 liter) dibuka salah satu sisinya, dengan sebuah drum yang dibuka separo (0,5 diameter). Kemudian sisi yang terbuka penuh dan sisi yang terbuka sebagian tersebut disambungkan. Pada sisi drum yang lain dibuat lubang masing-masing dengan diameter 5 cm . Satu lubang dihubungkan dengan pipa pemasukan, dan lubang yang lain dengan pipa pembuangan (masing-masing pipa berdiameter 5 cm). Dan perkuat tiap-tiap pipa tersebut dengan sebuh penopang. Usahakan ketinggian pipa pemasukan dengan sebuah corong, untuk mempermudah proses pengisian, agar tidak terguling (menggelinding) , sebaiknya tabung produksi diberi kaki penyangga, usahakan posisi kedua pipa tegak keatas. Pada sisi atas tabung dibuat lubang dengan diameter 1,25 cm dan disambungkan dengan pipa seukuran yang sudah dipasang kran. Tabung produksi sudah jadi dan bisa dihubungkan dengan tabung penyimpanan dengan selang melalui kran.
2. Tabung penyimpan
Buka salah satu sisi drum (120 liter dan 200 liter). Untuk drum kecil (120 Lt) pada sisi yang lain dibuat 2 lubang berdiameter 1,25 cm, satu lubang untuk pemasukan gas dan yang lain untuk pengeluaran. Sambungkan kedua lubang tersebut dengan pipa seukuran, dan untuk pipa pengeluaran pasang kran. Letakkan drum besar dengan sisi terbuka menghadap keatas,lalu masukkan drum kecil dengan posisi terbalik. Tabung penyimpanan sudah jadi dan bisa diisi dengan air. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat adalah kekedapannya, jadi sebelum alat degunakan sebaiknya diuji drlr kekegapannya, kalau ada yang bocor harus ditambal atau diganti.
CARA PEMBUATAN:      
1.      Yang dilakukan pertama kali adalah membuat isian yaitu campuran dari kotoran ternak yang masih segar dengan air dengan perbandingan 1 ; 1,5
2.      Aduk hingga rata dan bersihkan dari benda benda0benda lain yang mengkin terbawa
3.      Masukkan isian ke dalam tabung produksi sampai penuh (ada yang keluar dari pipa buangan)
4.      Buka kran pada tabung produksi, yang telah dihubungkan dengan tabung penyimpan melalui sebuah selang.
5.      Masukkan air kedalam tabung penyimpan (drum 200 lt_ sampai ketinggian 50 cm.
6.      Masukkan drum kecil kedalamnya dan biarkan tenggelam sebagian. Jangan lupa tutup kran pembuangan gas.
7.      Setelah 3 minngu, gas mulai terbentuk ditandai dengan terangkatnya drum kecil. Gas ini masih bercampur udara sehingga rawan meledak, karena itu harus dibuang dengan cara membuka kran pembuangan. Setelah habis, (ditandai dengan turunnya kembali drum kecil) maka kran kembali ditutup. Dan berikutnya gas yang terbentuk sedah dapat digunakan.
8.      Pengisian selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, banyaknya sekitar 20 liter.         

a.      Manfaat Energi Biogas
Manfaat  energi  biogas  adalah  menghasilkan  gas  metan sebagai  pengganti  bahan  bakar khususnya  minyak  tanah  dan dapat  dipergunakan  untuk  memasak. Dalam skala  besar,biogas  dapat  digunakan  sebagai  pembangkit  energi  listrik.  Di  samping  itu,  dari  proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk  organik pada tanaman/budidaya  pertanian. Dan yang lebih  penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui. Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi  ternak .  Jumlah sapi 11 juta ekor, kerbau 3 juta ekor dan kuda 500 ribu ekor . Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan  ±  2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas juga sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah.  Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.
b.      Kelebihan dan Kekurangan Biogas
Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
1.      Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
2.      Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
3.      Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat diolah.
4.      Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.
5.      Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak
6.      Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.

c.       Adapun kekurangannya adalah   :

1.      Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.
2.      Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.
3.      Belum dikenal secara meluas dalam masyarakat.
4.      Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.

d.      Jenis-Jenis Biogas
Ada dua macam Biogas yang dikenal saat ini, yaitu Biogas (yang juga sering disebut gas rawa) dan Biosyngas. Perbedaan mendasar dari kedua bahan diatas adalah cara pembuatannya.
1.  Biogas
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi biogas didominasi oleh Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-45%, Nitrogen (N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen (O2) 0.1-0.5%. Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel
2.  Biosyngas
Biosyngas (atau lebih sering disingkat Syngas atau Producer Gas) adalah produk antara (intermediate) yang dibuat melalui proses gasifikasi termokimia dimana pada suhu tinggi material kaya karbon seperti batubara, minyak bumi, gas alam atau biomassa dirubah menjadi Karbon monoksida (CO) dan Hidrogen (H2). Apabila bahan bakunya batubara, minyak bumi dan gas alam, maka disebut Syngas, sedangkan jika bahan bakunya biomassa maka disebut Biosyngas. Biosyngas dapat digunakan langsung menjadi bahan bakar atau sebagai bahan baku untuk proses kimia lainnya. Kandungan energi biosyngas kurang lebih 3 – 8 MJ/N.m3 (mega joules per normal meter kubik), tetapi dapat mencapai 10 – 20 NJ/N.m3 jika menggunakan oksigen murni digunakan dalam proses gasifikasi. Jika dalam proses gasifiksi ditambahkan uap/steam, yang disebut “reforming”, gas yang dihasilkan akan mengandung hidrogen (H2) dalam konsentrasi tinggi.
4.3. KERIPIK PISANG

4.3.1.      Proses Pembuatan Kripik Pisang
Kripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/ memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Syarat mutu kripik pisang dapat mengacu SNI 01-4315-1996, Kripik Pisang.
Kripik pisang-Standar Teknis ini berlaku untuk pembuatan Pisang menjadi Kripik Pisang. Prosedur Opersional Pengolahan Kripik Pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku Kripik pisang, penyiapan peralatan Kripik pisang dan kemasan Kripik pisang, pengupasan Kripik pisang dan pengirisan Kripik pisang, pencucian Kripik pisang dan perendaman Kripik pisang,  penggorengan Kripik pisang, penirisan minyak Kripik pisang, pemberian bumbu Kripik pisang, pengemasan Kripik pisang dan pelabelan Kripik pisang, serta penyimpanan Kripik pisang.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat keripik pisang adalah sebagai berikut:

1. Pisang
Bahan baku dalam pembuatan kripik pisang adalah pisang mentah. Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah sehingga mudah diiris-iris/ dirajang tipis- tipis dan dibentuk sesuai dengan selera konsumen.  Syarat Mutu Pisang Kepok Kuning Segar dapat mengacu pada SNI 01 – 4481 – 1998.
2.  Air Bersih
Air dalam pembuatan kripik pisang digunakan untuk mencuci pisang. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum dan air bersih sesuai standar  Permenkes RI No. 416/MENKES/PERK/IX/90.  Air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung zat yang membahayakan.
3. Minyak goreng
Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741 – 2002. Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan menghasilkan kripik yang tidak tahan lama(cepat tengik).
4. Larutan Natrium Bisulfit (Na2SO3)
Larutan Natrium Bisulfit 0,3% - 0,5% digunakan untuk merendam pisang agar tidak terjadi perubahan warna menjadi coklat. Di perdesaan larutan ini dapat diganti dengan potongan-potongan daun sirih.
Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan kripik pisang adalah :
1.      Gula pasir
Fungsi gula dalam pembuatan kripik pisang adalah untuk memberikan rasa manis. Gula pasir dibuat sirup terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kg gula pasir dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan harus bermutu baik, yaitu kering, tidak bau apek atau masam, tidak nampak adanya ampas atau bahan asing dan berwarna putih. Standar gula kristal putih (SNI 01-3140-2001).
2.      Garam dapur

Fungsi garam dapur adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang digunakan adalah garam beryodium (SNI 01 – 3556 – 2000).

Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kripik pisang antara lain:

1. Baskom
2. Alas Telenan
3. Alat perajang (slicer)
4. Pisau stainless steel
5. Ember plastic
6. penggorengan (wajan)
7. Vacuum Frying
8. Sealer
9. Tungku atau kompor atau kompor gas
10. Tampah/nyiru/wadah
11. Container plastic
12. Plastik Polipropilen (PP) ketebalan 0,8 mm/aluminum foil
13. Label

Tahapan-tahapan poses yang harus dilakukan dalam pembuatan keripik pisang adalah sebagai berikut:

a.       Pengupasan dan Pengirisan

Pisang dikupas, kemudian diiris tipis-tipis (tebal 2 – 3 mm) secara memanjang atau melintang, langsung ditampung dalam bak perendaman untuk menghindari proses oksidasi enzim fenolase yang ada dalam getah pisang.
b.      Perendaman
Hasil irisan direndam dalam larutan natrium bisulfit (Na2SO3) 0,3 – 0,5% selama 10 menit lalu ditiriskan.
c.       Penggorengan
Irisan buah pisang digoreng menggunakan minyak yang cukup banyak sehingga semua bahan terendam. Tiap 1 kg irisan pisang membutuhkan 3 liter minyak goreng. Selama penggorengan, dilakukan pengadukan secara pelan-pelan. Penggorengan dilakukan sampai kripik cukup kering dan garing. Hasil penggorengan disebut dengan kripik pisang. Untuk mendapatkan keripik pisang dengan rasa manis dapat dilakukan penaburan dengan gula halus.
d.      Penirisan minyak

Hasil penggorengan pertama ditiriskan dengan menggunakan peniris minyak hingga minyak yang ada menetes tuntas.
e.       Pemberian Bumbu

Untuk melayani konsumen yang memiliki selera berbeda-beda, dapat diciptakan rasa kripik pisang yang beraneka rasa, misalnya kripik pisang manis, kripik pisang asin, dan kripik pisang pedas.

Caranya adalah sebagai berikut :

1.      Kripik Pisang Rasa Manis

Penyiapan larutan gula. Gula pasir putih dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1 kg gula : 250 ml air, dan diaduk-aduk sampai larut merata. Setelah itu larutan dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih, api segera dikecilkan untuk menjaga larutan gula tetap panas dan cair. Pencelupan dalam larutan gula. Keripik yang telah ditiriskan segera dicelupkan ke dalam larutan gula, diaduk sebentar agar merata, lalu diangkat dan didinginkan / diangin-anginkan.

2.      Kripik Pisang Rasa Asin
Kripik pisang yang sudah digoreng setengah kering dicelupkan ke dalam larutan garam dengan perbandingan 1:100
3.      Kripik Pisang Rasa Pedas

Kripik pisang yang sudah digoreng setengah kering dicelupkan ke dalam larutan bumbu yang terdiri dari cabe, bawang putih, dan garam. Setelah itu larutan dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih, api segera dikecilkan untuk menjaga larutan bumbu pedas tetap panas dan cair.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1.      Jika minyak bekas akan dipakai lagi, maka diperlukan penambahan minyak baru dengan perbandingan minyak bekas : minyak baru 1 : 1 (jika intesitas pemakaian dalam satu hari lebih dari 3 (tiga) kali (sering) atau 3 : 1 (jika intesitas pemakaiannya kurang dari 3 (tiga) kali.
2.      Proses sortasi dilakukan untuk mengklasifikasi kualitas atau mutu dengan cara memilah dan mengelompokkan berdasarkan ukuran, warna, dan bentuk keripik yang dihasilkan, dilakukan secara  manual.
3.      Proses pengemasan bertujuan untuk meningkatkan daya simpan produk. Bahan pengemas yang umum digunakan untuk kripik pisang adalah plastik polipropilen dengan ketebalan minimal 0,8 mm atau aluminium foil.  Pengemasan produk yang berupa kripik sebaiknya menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum sealer).
4.      Ruang pengepakan usahakan mempunyai kelembaban udara (RH) yang rendah mengingat sifat keripik vakum ini  higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang  ber-AC. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan terhadap penutupan kantong plastik.
5.      Pelabelan makanan harus mengikuti ketentuan PP No. 69  Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Pemberian  label bertujuan untuk memberi informasi tentang produk dan memberi penampilan yang menarik. Informasi terdiri dari nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama produsen, tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, nomor registrasi, serta label Halal.
6.      Penyimpanan produk akhir sebaiknya dilakukan di ruang yang terpisah dengan ruang penyimpanan bahan baku. Dalam proses pengangkutan dihindarkan dari kerusakan fisik dan pengaruh cahaya sinar matahari langsung untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Apabila semua faktor tersebut dilakukan dengan benar, maka kripik pisang yang dikemas dengan menggunakan plastik propilen dapat bertahan 3 bulan, jika menggunakan alumunium foil bisa mencapai ± 1 (satu) tahun.  Sebab alumunium foil kedap uap air dan oksigen serta sinar ultra violet dari sinar matahari.







Packaging Material “Keripik Pisang”
          Proses pengemasan bertujuan untuk meningkatkan daya simpan produk. Bahan pengemas yang umum digunakan untuk kripik pisang adalah plastik polipropilen dengan ketebalan minimal 0,8 mm atau aluminium foil. Pengemasan produk yang berupa kripik sebaiknya menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum sealer). Ruang pengepakan usahakan mempunyai kelembaban udara (RH) yang rendah mengingat sifat keripik vakum ini higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang ber-AC. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan terhadap penutupan kantong plastik. Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis plastik olefin, dengan rumus bangun sebagai berikut :
(─CH2─ CH ─)n
CH3
Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen, Escon, Olefane dan Profax.. Sifat-sifat dan penggunaannya sangat mirip dengan polietilen, yaitu :
ü  ringan (densitas 0.9 g/cm3)
ü  mudah dibentuk
ü  tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku
ü  lebih kuat dari PE. Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya mudah pecah pada suhu -30oC sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan. Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.
ü  lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam penanganan dan distribusi
ü  daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah, permeabilitas terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah rusak oleh oksigen.
ü  tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150oC, sehingga dapat dipakai untuk mensterilkan bahan pangan.
ü  mempunyai titik lebur yang tinggi, sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung dengan sifat kelim panas yang baik.
ü  polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk kemasan minyak dan sari buah. Pada suhu kamar tidak terpengaruh oleh pelarut kecuali oleh HCl.
ü  pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen, terpentin dan asam nitrat kuat.
Sifat-sifat polipropilen dapat diperbaiki dengan memodifikasi menjadi OPP (oriented polyprophylene), yaitu pembuatannya dilakukan dengan menarik ke satu arah, atau menjadi BOPP (Biaxial Oriented Polypropylene), jika ditarik dari dua arah.
Aluminium foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam aluminum yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini mempunyai tingkat kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti keras. Semakin tinggi bilangan H-, maka aluminium foil tersebut semakin keras. Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Jika kurang tebal, maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan 0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil tersebut tidak dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya digunakan untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm digunakan sebagai tutup botol multitrip.
Sifat-sifat dari aluminium foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap cahaya seperti margarin dan yoghurt. Aluminium foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau laminan. Kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain dapat menghasilkan jenis kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort pouch adalah harus mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak mudah sobek bila tertusuk dan tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi.

No.
Material
Haram yang Teridentifikasi
Alasan Penetapan Resiko Keharaman
Resiko Haram
Cara Pencegahan
CCP
1.


PP (Polyprophylene)
-
Terbuat dari bahan kimia
Rendah
Dengan memperhatikan jumlah migran/monomer plastik (bahan-bahan kimia yang membentuk plastik) yang bermigrasi ke dalam pangan. sebaiknya kemasan plastik tidak digunakanuntuk pangan yang bersifat asam, mengandung lemak atau minyak, terlebih dalam keadaan panas
CP
2.


Aluminium Foil
-
Terbuat dari logam dan bahan kimia
Rendah
Aluminium yang digunakan untuk mengemasan produk buah-buah harus dilapisi dengan enamel untuk mencegah terjadinya akumulasi gas hidrogen yang dapat menyebabkan terbentuknyagelembung gas dan karat.
CP




4.3.2. Pemasaran
Pemberian sampel produk gratis untuk di uji coba sangat perlu untuk memastikan cita rasa kripik pisang buatan Anda. Dari situ biasanya akan ada beberapa masukkan dari calon customer mengenai cita rasa. Anda harus merespon dgn cepat dan melakukan beberapa perbaikan bila dianggap perlu. Karena itu sangat mutlak.
Setelah bisa dipastikan bahwa banyak peminat dari kripik pisang produksi Anda, maka Anda bisa mencoba pemasarannya melalui :
·         rekan, kerabat dan kolega Anda,
·         pemasaran ke pertokoan, rumah makan, dan minimarket di sekitar kota Anda.
·         Jika perlu, Anda perlu merekrut agen pemasaran dan juga distributor untuk membantu kegiatan pemasaran.
·         Selain itu, tidak ada salahnya juga bila anda memasang iklan promosi di surat kabar harian lokal di kota Anda
·         Promosi via internet dan situs jejaring sosial, seperti facebook, friendster, twiter dan lainnya untuk mempromosikan secara luas lagi.



BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada saat penilitian dapat di simpulkan bahwa Pertanian Berkelanjutan Suatu Konsep Pemikiran Masa Depan. Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini, saat yang akan datang dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi semuanya.
Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita.

5.2.   SARAN
Dengan sengaja kami buat Laporan Praktek ini yang bertujuan agar bisa membantu petani dalam peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas. Dengan disusunya Laporan Praktek ini kami berharap para pembaca atau petani bisa menerapkan metode-metode budidaya tanam pangan maupun cara pembuatan kompos telah kami buat ulasannya. Agar Laporan Praktek yang kami buat tidak sia-sia atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.




Daftar Pustaka

Kasumbogo-Untung. 2010. Penerapan Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan. Artikel. Diakses pada Tanggal 14 Desember 2012 dari http://kasumbogo.staff.ugm.ac.id/?satoewarna=index&winoto=base&action=listmenu&skins=1&id=137&tkt=2
http://id.wikipedia.org/wiki/Padi  Diakses 19 Desember 2012
Assauri, S. 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep, dan Strategi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol). Prentice-Hall Inc, New Jersey.





LAMPIRAN
1.     ALAT PEMBUAT KOMPOS







   Mesin Penggiling Kompos            Mesin Pencacah Bahan Kompos








                 Alat Penyaring Kompos






2.     ALAT PEMBUAT KERIPIK







Mesin Pengiris Keripik                      Alat Penggoreng Kripik

                  







Alat Peniris Kripik                           Alat Pengemas Plastik
3.     ALAT PEMBUAT BIOGAS
                                
          Tabung Bahan Baku Biogas          Alat Penampung Biogas       




4.     ALAT TANAMAN PANGAN

                       Traktor                            Alat Pengering Gabah

             Alat Perontok Padi                         Alat Pembajak Modern







                Alat Penggiling Padi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suatu ketika, aku pernah harus merelakan sesuatu Sesuatu yang sama sekali tidak ingin kulepas Butuh proses yang cukup kuat untuk bisa meyaki...