DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2. Tujuan dan Kegunaan
2
1.2.1.
Tujuan
2
1.2.2. Kegunaan
2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
3
2.1. Teori Pertanian Berkelanjutan
3
2.2. Tanaman Pangan dan Holtikultura
3
2.1.1.
Teknologi Pangan
3
2.1.2. Holtikultura
4
2.3.
Kompos dan Biogas
4
BAB III KEADAAN
UMUM LOKASI PRAKTEK
5
3.1. Waktu dan Tempat
5
3.2. Metode Penelitian
5
3.2.1.
Tanaman Pangan Padi
5
3.2.2.
Pembuatan Biogas
6
a. Cara Membuat Biogas
6
b. Cara Membuat
Kompos
8
3.2.3. Pengolahan Kripik Pisang
9
BAB IV
PEMBAHASAN
11
4.1. Teknik Budidaya Tanaman Pangan
11
4.1.1.
Budidaya Tanaman Padi Jajar Legowo
10
4.1.2.
Sistem Tanam Jajar Legowo
13
4.1.3. Penerapan Sistem Tanam Legowo
13
4.2. Teknik Pembutan Biogas
21
4.3. Keripik Pisang
26
4.3.1.
Proses Pembuatan Kripik Pisang
26
4.3.2.
Pemasaran
33
BAB V PENUTUP
35
5.1. Kesimpulan
35
5.2. Saran
35
Daftar Pustaka
36
LAMPIRAN
37
1. Alat Pembuat Kompos
37
2. Alat Pembuat Keripik
38
3.
Alat Pembuat Biogas
39
4.
Alat Pengolahan Tanah
40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Praktek lapangan dipandang perlu
karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Lapangan akan menambah
kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan
yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam
bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.
Praktek memberi kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui secara langsung tentang instansi
sebagai salah satu penerapan disiplin dan pengembangan karier dan ketika di
lapangan melaksanakan praktek kerja, mahasiswa dapat menilai tentang
pengembangan dari ilmu yang mereka miliki. Dengan demikian mahasiswa di tuntut
agar Praktek Lapangan menjadi
media pengaplikasian dari teori yang diperoleh dari bangku kuliah ke tempat
kerja serta meningkatkan hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dengan
instansi.
Praktek Lapangan dapat menjadi media promosi lembaga terhadap
institusi kerja. Kualitas lembaga perguruan tinggi dapat terukur dari kualitas
para mahasiswa yang melaksanakan praktek
kerja lapangan tersebut. Selain itu praktek lapangan juga dapat membantu institusi kerja untuk
mendapatkan tenaga kerja akademis yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja
yang dimilikinya. Mahasiswa akan merasakan secara langsung perbedaan antara
teori di kelas dengan yang ada di lapangan. Praktek Kerja Lapangan sangat
membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengalaman kerja sehingga dapat menjadi
tenaga kerja profesional nantinya. Lebih dapat memahami konsep-konsep
non-akademis di dunia kerja. Praktek kerja lapangan akan memberikan pendidikan
berupa etika kerja, disiplin, kerja keras, profesionalitas, dan lain-lain. Manfaat Praktek Lapangan antara lain:
1. Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan keterampilan untuk melaksanakan program
kerja pada perusahaan maupun instansi pemerintahan. Melalui praktek kerja lapangan
mahasiswa mendapatkan bentuk pengalaman nyata serta permasalahan yang
dihadapi dunia kerja . Selain itu, mahasiswa akan menumbuhkan rasa tanggung
jawab profesi di dalam dirinya melalui praktek
kerja lapangan.
2. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Lembaga dapat menjalin
kerjasama dengan dunia usaha, Lembaga BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan
Instansi Pemerintahan. Praktek Lapangan dapat mempromosikan keberadaan Akademik
di tengah-tengah dunia kerja.
3. Bagi Tempat Praktek
Institusi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang
berwawasan akademi dari praktek kerja
lapangan tersebut. Dunia kerja atau institusi kerja tersebut akan
memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya. Kemudian laporan praktek kerja lapangan dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi mengenai situasi umum
institusi tempat praktek tersebut.
2.1. Tujuan
dan Kegunaan
2.1.1. Tujuan
-
Untuk mengetahui secara luas tentang pertanian
-
Untuk mengetahui tentang budi daya tanaman
-
Untuk mengetahui pembuatan kompos dan biogas
2.1.2. Kegunaan
-
Dapat
memahami ilmu pertanian secara luas
-
Mengetahui
tentang budi daya tanaman dan ikan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu tersebut
kepada masyarakat
-
Mengetahui
teknik pembuatan pupuk dan biogas sebagai unsur syarat pokok dalam pertanian
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Teori Pertanian Menurut Para Ahli
a. Menurut A T Mosher (1966)
Pertanian adalah sejenis proses produksi yang didasarkan atas
proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
b. Menurut Kaslan Tohir (1952)
Pertanian adalah cabang produksi dimana terdapat perubahan
bahan-bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Proses ini bersifat reproduktif yang artinya usaha untuk memperbaharui.
c. Menurut Minderhoko (1948)
Pertanian adalah penggunaan tenaga manusia atas alam dengan
tujuan mengarahkan perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berguna bagi
manusia sedemikian rupa sehingga akan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan
manusia.
2.2. Tanaman Pangan dan Holtikultura
2.2.1. Teknologi pangan
Teknologi
pangan adalah aplikasi dari ilmu pangan untuk sortasi, pengawetan, pemrosesan, pengemasan, distribusi, hingga penggunaan bahan pangan yang aman dan bernutrisi. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan
tersebut. Spesialisasinya beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai
ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan yang masih terus berlangsung
hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak
berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan
berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang
terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh
mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
2.2.2. Hortikultura
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun.
Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di
kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan.
Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya
pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada
budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas
produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar. Orang yang
menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis.
2.3. Kompos dan Biogas
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap
dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan
aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik.
Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif
penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat
semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir
dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
3.1.
TEMPAT & WAKTU
Praktek
Studi Lapang ini dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku di Sungguminasa Kabupaten Gowa
Yang berlangsung pada Hari Kamis, Tanggal 29 November 2012, pukul 08.30 sampai
selesai
3.2. METODE PENELITIAN
3.2.1. Tanaman Pangan Padi
Alat dan Bahan Yang
diperlukan dalam tanaman pangan padi, yaitu :
1.
Traktor
2.
Bajak Singkal (moldboard
plow)
3.
Bajak Piring (disk
plow)
4.
Bajak Pisau berputar (rotary plow)
5.
Bajak Chisel (chisel plow)
6.
Bajak Subsoil (subsoil plow)
7.
Bajak Raksasa (giant
plow)
8.
Cangkul
9.
Bibit
Padi
10. Sabit
11. Alat perontok padi
Padi (Oryza sativa) adalah salah satu tanaman budidaya
terpenting dalam peradaban. Tanaman padi yang liar ditemukan di daerah Lereng
Timur Himalaya, namun saat ini padi telah ditanam hampir diseluruh penjuru
dunia yang memiliki iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya. Lebih dari 90%
produksi beras berasal dari Benua Asia, dengan Cina dan India sebagai produsen
terbesar (Reed, 1976). Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua
serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber
karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan untuk menyeleksi
atau memilih benih bermutu agar didapatkan benih yang benar-benar berkualitas
(bernas) dan vigor tinggi dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gram
garam dapur dalam 1 liter air) atau larutan pupuk ZA (1kg pupuk ZA dalam 2,7
liter air). Benih dimasukkan ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (volume
larutan 2 kali volume benih) kemudian diaduk dan benih yang mengambang atau
terapung di permukaan larutan dibuang.
Cara sederhana dapat dilakukan dengan merendam benih dalam
larutan garam dapur menggunakan indikator telur. Telur mentah (bisa telur ayam
atau bebek) dimasukkan ke dalam air, kemudian masukkan garam sedikit demi
sedikit sambil diaduk sampai telur terapung ke permukaan. Kemudian telur
diambil dan benih dimasukkan ke dalam larutan garam. Benih yang mengapung
dibuang dan benih yang tenggelam selanjutnya dicuci sampai bersih dari garam
untuk disemai.
Untuk keperluan penanaman seluas 1 hektar benih yang dibutuhkan
kurang lebih sebanyak 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air
sampai bersih dari garam kemudian direndam dengan air bersih selama 24 jam.
Selanjutnya diperam dalam karung atau wadah lainnya selama 48 jam dan dijaga
kelembabannya dengan membasahi wadah dengan air.
Untuk benih padi hibrida tidak diberi perlakuan perendaman dalam
larutan garam tetapi langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam.
Lahan persemaian untuk 1 hektar luasan lahan pertanaman
sebaiknya 400 meter persegi (4% dari luas tanam) dengan lebar bedengan 1 – 1,2
meter dan antar bedengan dibuat parit sedalam 25 – 30 cm. Saat pembuatan
bedengan taburkan bahan organik 2 kg /meter persegi seperti kompos, pupuk
kandang atau campuran berbagai bahan antara lain kompos, pupuk kandang, serbuk
kayu, abu dan sekam padi. Tujuan pemberian bahan organik ini untuk memudahkan
pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi.
Sistem Tanam
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan tanam
menggunakan bibit muda atau kurang dari 21 HSS (hari setelah sebar) dan jumlah
bibit 1 – 3 batang per lubang karena bibit lebih muda akan menghasilkan anakan
lebih banyak dibanding menggunakan bibit lebih tua.
Pada daerah endemik keong untuk mengantisipasi serangan keong
dapat menggunakan bibit lebih dari 21 HSS tetapi dianjurkan tidak lebih dari 25
HSS. Masa kritis serangan keong berada pada 21 hari setelah sebar dan 10 hari
setelah pindah tanam.
Tanam dilakukan dengan kondisi lahan jenuh air (ketinggian air
kurang lebih 2 cm dari permukaan tanah macak-macak) dengan jumlah bibit yang
ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Gunakan jarak tanam yang beraturan
seperti model tegel 20 X 20 cm (25 rumpun/meter persegi) atau 25 X 25 cm (16
rumpun/meter persegi). Pengaturan jarak tanam dapat dilakukan dengan
menggunakan caplak atau tali sebagai mal.
3.2.2. Pembuatan
Biogas
a. Cara Membuat Biogas
(Gas Metan, CH4)
Alat dan Bahan
1.
Biang (Ragi)
2.
2 Liter Kotoran Ternak
3.
2 Liter Air
4.
Sebuah Drum Besar dan Sebuah Drum Kecil
Cara Membuat :
1.
Siapkan biang atau ragi, sekitar 2 liter
kotoran ternak segar, + 2 liter air. Simpan dalam botol/jerigen terbuka selama
2 bulan.
2.
Siapkan drum besar, masukkan kotoran bersama
peragi, beri air 1 : 1, sesekali diaduk sampai penuh.
3.
Masukkan drum kecil terbalik (tidak bocor)
yang sudah diberi selang dan kran udara pengeluar gas dan udara. Tekan sampai
tenggelam sempurna (tidak boleh ada udara terkurung).
4.
Sekitar 2 minggu, drum kecil mulai terangkat,
berarti biogas sudah timbul gas. Gas pertama dibuang dengan membuka kran, drum
kecil ditekan, karena tercampur udara. Bila dinyalakan bisa meledak.
Selanjutnya gas elpiji (LPG) gratis ini sudah dapat dipakai untuk memasak.
Bila gas sudah habis, tidak diproduksi lagi berarti kotoran
ternak tersebut sudah jadi pupuk kompos, tidak bau, penyubur tanah, sayuran
kualitas istimewa, harga mahal. Untuk menghemat kotoran ternak, dapat juga
dicampur makanan bekas yang, sayuran, sampah organik.
b. pupuk kandang
Pembuatan kompos sebaiknya dikerjakan:
(1). dalam bangunan yang memiliki lantai rata, keras dan bebas
dari genangan air, serta adanya atap yang melindungi dari terik matahari dan
hujan,
(2). dekat dengan sumber bahan organik: jerami, pupuk kandang,
sampah, sekam, dedak dll.,
(3). dekat dengan sumber air, dan
(4). transportasi mudah.
Alat yang diperlukan: Garuk atau cangkul, Pemotong rumput atau
sabit, Gembor, Ember, Cetakan kayu dan Karung atau plastik.
Bahan
1. Jerami dicacah halus 3- 5 cm : 500 kg
2. Pupuk kandang : 500 kg
3. EM-4 : 500 mL
4. Gula pasir : 250 gram
Cara pembuatan:
1.
Larutan EM-4. Masukkan 20 mL EM-4 + 10 gram
gula pasir + air bersih 1.000 mL ke dalam jerigen tertutup rapat, digojok
merata dan difermentasikan selama 24 jam.
2.
Jerami + pupuk kandang dicampur merata di atas
lantai.
3.
Tambahkan larutan EM-4 ke kemudian diaduk
merata sehingga kadar lengas dalam adukan tersebut sekitar 30%. Ambil segenggam
bakal kompos tersebut, jika diperas air mulai menetes
4.
Buat gundukan setinggi 60 cm, tutupi dengan
karung goni.
5.
Setiap 2 hari gundukan tersebut diperiksa,
jika temperatur > 50 oC gundukan harus dibongkar dan dianginkan. Setelah
dingin buat gundukan kembali, tutup dengan karung goni. Jika terlalu kering
tambahkan larutan EM-4.
6.
Setelah 3 minggu gundukan dibongkar. Kompos
diayak dengan saringan kasa 2 cm. Bahan yang tidak lolos saring dikomposkan
kembali.
3.2.3. Pengolahan Kripik Pisang
Kripik pisang adalah
produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau
tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat keripik pisang adalah
sebagai berikut:
1.
Pisang
2.
Air Bersih
3.
Minyak goreng
Dalam pembuatan kripik
pisang dapat ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP). Tujuan penambahan bahan
tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki tekstur, rasa, dan penampakan.
Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun jumlahnya harus memenuhi
persyaratan yang direkomendasikan. Persyaratan bahan tambahan pangan mengacu
pada SNI 01-0222-1995, Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan kripik pisang
adalah :
1.
Gula pasir
2.
Garam dapur
3.
1 sdt kapur + 1 liter air
4.
Minyak goreng
Peralatan yang
dibutuhkan untuk membuat kripik pisang antara lain:
1.
Baskom
2.
Alas Telenan
3.
Alat perajang (slicer)
4.
Pisau stainless steel
5.
Ember plastik
6.
penggorengan (wajan)
7.
Tungku atau kompor atau kompor gas
8.
Tampah
Cara Membuat Keripik Pisang :
- Kupas pisang
- Iris serong tipis tipis
- Rendam kedalam larutan air kapur selama 1 jam
- Angkat angkat cuci sampai bersih dan tiriskan
- Masukan irisan pisang ke dalam wadah beri garam halus, aduk-aduk sampai rata diamkan selama 5 menit
- Panaskan minyak lalu goreng irisan pisang sampai kering dan renyah
- Tiriskan hingga menunggu sampai dingin, dan siap dihidangkan
Untuk keripik pisang manis dapat ditambahkan gula pasir halus
pada keripik yang sudah digoreng, atau bisa juga ditambahkan coklat yang
dilelehkan untuk membuat keripik pisang coklat
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
Indonesia adalah negara agraris tempat tumbuh berbagai jenis
tanaman pangan. Walaupun saat ini banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang
diekspor namun dulunya Indonesia pernah dikenal sebagai negara swasembada
pangan. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan
pokoknya.
Oleh karena itu, sebagian besar tanaman pangan yang ditanam di
negara ini adalah padi. Daerah lumbung padi di Indonesia sebagian besar adalah
di pulau Jawa, Bali dan Sumatra. Walaupun sebagian besar beras diekspor dari
negara lain, namun ketiga pulau inilah yang menyumbang konsumsi beras nasional.
Selain padi, makanan pokok lainnya adalah sagu, singkong, jagung serta ubi.
Tanaman pangan yang dapat ditemui sehari-hari dan ditanam di
pekarangan rumah adalah sayur mayur dan buah-buahan yang dapat diolah menjadi masakan
dan beberapa tanaman dapat dimakan tanpa harus dimasak. Di Jawa Barat, sebagian
besar masyarakatnya biasa memakan sayuran mentah yang dijadikan lalapan dan
sebagian besar dari sayuran tersebut diambil dari kebun mereka sendiri.
Memakan sayuran dari kebun
sendiri lebih sehat daripada membeli sayuran di pasar karena sayuran kebun
tumbuh secara alami tanpa terkena bahan-bahan yang berbahaya seperti pestisida.
Banyak memakan sayuran dan buah sangatlah baik untuk kesehatan. Selain
mengandung banyak serat dan vitamin, tanaman juga dapat membuat awet muda,
memuluskan kulit serta melunturkan lemak.
Selain kedua jenis tanaman tersebut, jenis tanaman pangan
lainnya adalah tanaman yang dapat diolah menjadi makanan lain atau jenis holtikultura.
Salah satu contoh jenis tanaman ini adalah kedelai. Kedelai dapat diolah
menjadi tempe, tahu, susu dan makanan lainnya. Tanaman holtikultura juga
merupakan bagian dari pertanian yang memiliki peranan penting bagi dunia
industri di Indonesia.
Tanaman tersebut menjadi bahan baku pokok untuk berbagai produk
makanan, baik yang diawetkan/instan atau makanan lainnya. Selain itu,
holtikultura juga mendatangkan devisa bagi negara yaitu sebagai komoditas ekspor. Sayangnya dunia
pertanian di Indonesia saat ini mengalami kemunduran.
Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak menaruh minat serius
untuk mengembangkan berbagai bibit tanaman unggul seperti yang difokuskan pada
jaman Orde Baru ketika Indonesia terkenal jaya sebagai negara swasembada pangan
yang menjadi kiblat percontohan negara-negara lainnya terutama negara tetangga.
Namun, walaupun beberapa bahan makanan pokok dan tanaman
holtikultura penting saat ini masih diimpor dari negara lain, kebutuhan tanaman
pangan di Indonesia masih mencukupi untuk konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
Tanaman di
misalkan tanaman padi. Padi merupakan tanaman yang paling penting
di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena makanan pokok di Indonesia
adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di
Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya.
Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Hama yang
banyak menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah
(lembing batu), walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering
menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi. Hama tikus merusak tanaman padi pada semua fase tumbuh
dari semai hingga panen, bahkan sampai penyimpanan. Kerusakan parah terjadi
jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu
membentuk anakan baru. Pada serangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai
dari tengah petak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2baris padi di
pinggir petakan. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus
bersembunyi dalam sarangnya ditanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang,
dandi daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus
bermigrasi kedaerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah
setelah pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerah
persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki. Dalam penanggulanga hama
tikus biasanya para petani menggunakan emposan tikus, Alat ini efektif untuk
digunakan membasmi hama tikus disawah. Caranya adalah dengan membakar jerami
plus belerang didalam tabung alat, kemudian menghembuskan angin dengan cara
memutar tuas kipas, maka asap beracun akan keluar. Asap inilah yang dimasukkan/
diarahkan ke dalam lubang-lubang tempat tikus bersembunyi dilahan persawahan.
Dengan pengasapan ini maka tikus-tikus tersebut akan mati. Keunggulannya yaitu
kaerna menggunakan bahan pipa galvanized sehingga tahan karat dan lebih awet
4.1.1. BUDI DAYA
TANAMAN PADI JAJAR LEGOWO
Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada
bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun
cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi.
Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan
masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai
contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak
tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan
teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan
diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan
kelanjutannya.
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara
harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)”
yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam
ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang
bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian
melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau
anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas
tanaman padi.
4.1.2. SISTEM TANAM JAJAR
LEGOWO
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan
populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar
legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya
memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman
pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa
tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang
lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga
memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas
sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan
tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
1.
Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar
30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
2.
Dengan adanya baris kosong akan mempermudah
pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman
yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
3.
Mengurangi kemungkinan serangan hama dan
penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang
suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga
akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
4.
Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya
bagian tanaman dalam barisan.
5.
Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo
akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir
dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada
barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman
maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan
semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau
dari segi pertumbuhan dan hasil.
4.1.3. PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa
dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan
varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam
untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup
dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki
penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya
22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan
jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak
yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya
bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan
hasil yang optimal.
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara
umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6
: 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian
masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar
legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar
legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk
mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali
dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah
setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada
sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan
pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan
seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1)
dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem
jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan
penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar
legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
sistem tanam jajar
legowo (2 : 1)
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali
dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada
baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari
adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman
dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3)
dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1)
adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir)
X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di
bawah ini.
sistem tanam jajar
legowo (3 : 1)
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali
dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap
baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang
diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir.
Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada
setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari
jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1)
adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir)
X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di
bawah ini.
sistem tanam jajar legowo
(4 : 1)
Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam
jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan
jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem
tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 +
jumlah legowo).
Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar
legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut ;
Jajar legowo (2 : 1)
peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
Jajar legowo (3 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %
Jajar legowo (3 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %
Tipe sistem tanam jajar legowo (4 : 1) dipilih sebagai anjuran
kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena
berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta
mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam
penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman
padi.
Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan
produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang
mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil
produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau
kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah
;
1.
Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan
tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
2.
Sistem tanam jajar legowo juga akan
membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
3.
Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan
ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
4.
Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada
lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih
dalam tingkat signifikasi yang rendah.
5.
Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan
benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga
dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.
Dengan budi daya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat
dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat
tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor
penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap
lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.
Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan
memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah
datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari
terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar
matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama
tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar
matahari.
Padi sawah menganjurkan untuk mengatur jarak dan populasi
tanaman dengan menerapkan sistem
tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem
tanam dengan pengaturan jarak tanam tertentu sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan
penerapan sistem tanam jajar legowo karena adanya keuntungan dan kelebihan yang
lebih dibanding dengan sistem tanam konvensional (tegel) diantaranya yaitu :
- Adanya efek tanaman pinggir
- Sampai batas tertentu semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen
- Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong atau mina padi
- Pengendalian hama, penyakit dan gulma menjadi lebih mudah
- Dengan areal pertanaman yang lebih terbuka dapat menekan hama dan penyakit
- Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sistem tanam jajar legowo yang dapat diterapkan adalah sistem
tanam jajar legowo 2 : 1 atau 4 : 1 dan penyulaman tanaman dapat dilakukan
sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam).
Pengairan Berselang (Intermittent
Irrigation)
Pengairan dilakukan dengan sistem pengairan berselang
(intermittent irrigation). Pengairan berselang adalah pengaturan kondisi sawah
dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian yang bertujuan untuk :
- Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi lebih luas
- Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam karena akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak
- Mencegah timbulnya keracunan besi
- Mencegah penimbunan asam organik dan gas hidrogen sulfida yang menghambat perkembangan akar
- Mengaktifkan jasad renik (mikrobia tanah) yang bermanfaat
- Mengurangi kerebahan
- Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah)
- Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
- Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
- Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Teknis penerapan pengairan berselang dilakukan pada saat tanaman
berumur 3 HST (hari setelah tanam) dimana petakan sawah diairi dengan tinggi
genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air sampai
kondisi air di petakan habis dan tanah mengering sedikit retak. Baru pada hari
ke 4 (7 HST) petakan sawah diairi kembali hingga genangan air setinggi 3 cm dan
tidak ada penambahan air sampai kondisi air dipetakan habis dan tanah menjadi
mengering sedikit retak kembali. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan
maksimal.
Pada saat mulai fase pembentukan malai (bunting) sampai
pengisian biji petakan sawah digenangi terus. Petakan dikeringkan kembali saat
10 – 15 hari sebelum panen.
tanah yang cepat menyerap
air atau berpasir selang waktu pengairan harus diperpendek. Apabila
ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi selang waktu
pengairan dapat diperpanjang yaitu dengan selang waktu 5 hari.
Pengairan berselang secara efektif dan efisien hanya dapat
dilakukan pada areal sawah irigasi teknis yang dapat dengan mudah mengatur
masuk dan keluarnya air pada areal persawahan. Pada sawah-sawah yang sistem
drainasenya tidak baik (sulit dikeringkan) atau sawah tadah hujan pengairan
berselang (intermittent irrigation) tidak perlu diterapkan.
Pemupukan Berimbang
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menerapkan
pemupukan berimbang secara efektif dan efisien sesuai kebutuhan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Pemupukan berimbang adalah pemberian berbagai
unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman
berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam
tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman adalah unsur N (nitrogen ; dalam
bentuk pupuk urea), P (phospat ; dalam bentuk pupuk TSP/SP36) dan K (kalium ;
dalam bentuk pupuk KCL).
Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat
kehijauan warna daun padi menggunakan bagan warna daun (BWD). Bagan warna daun
adalah sebuah alat untuk mengukur tingkat kebutuhan N tanaman dengan mengukur
skala tingkat kehijauan warna daun sehingga dapat diketahui jumlah kebutuhan
unsur hara N tanaman.
Nilai pembacaan bagan warna daun (BWD) digunakan untuk
mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat
sesuai dengan kondisi tanaman.
Pemberian pupuk awal N diberikan pada umur tanaman sebelum 14
HST ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Dosis pupuk awal N (urea)
untuk padi varietas unggul baru adalah 50 – 75 kg/ha, sedangkan untuk padi tipe
baru dengan dosis 100 kg/ha. Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan
kedua (tahap anakan aktif ; umur 21 – 28 HST) dan pemupukan ketiga (tahap
primordia ; umur 35 – 40 HST). Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru
pembacaan BWD juga dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dan
10 % berbunga.
Pemupukan dilakukan
dengan cara disebar/ditabur merata di seluruh permukaan tanah. Urea merupakan
pupuk yang mudah larut dalam air sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran
pemasukan dan pengeluaran air ditutup.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara
tanah dan kebutuhan tanaman. Status hara tanah P dan K dapat ditentukan dengan
perangkat uji tanah sawah (PUTS). Tiap wilayah telah memiliki dosis rekomendasi
pemupukan P dan K yang berdasarkan pada uji tanah sawah yang dilakukan oleh
instansi terkait (Balai Penyuluhan/Dinas Pertanian).
Skala tingkatan status
hara tanah P dan K pada suatu lahan sawah yaitu tinggi, sedang dan rendah
sebagaimana termuat dalam tabel di bawah ini :
Pupuk P diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar atau bersamaan
dengan pemupukan N yang pertama pada 0 – 14 HST. Pupuk K pada lahan sawah
dengan status hara tanah P dan K rendah (dosis 100 kg/ha KCL) diberikan 50 %
sebagai pupuk dasar (pemupukan pertama) dan sisanya diberikan pada masa
primordia.
Pada lahan sawah
dengan status hara tanah P dan K sedang – tinggi (< 50 kg KCL/ha) pupuk K
diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar (0 – 14 HST).
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan
pertanaman dari rumput dan tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (gulma)
di areal pertanaman karena dapat mengganggu perkembangan tanaman pokok.
Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan,
menggunakan alat gasrok (landak) atau menggunakan herbisida.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah lebih menganjurkan
melakukan penyiangan dengan menggunakan alat gasrok karena sinergis
dengan pengelolaan lainnya dan lebih memiliki keuntungan yaitu :
- Ramah lingkungan
- Hemat tenaga kerja sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan penyiangan menggunakan tangan
- Memberikan sirkulasi udara ke dalam tanah sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman
- Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah sehingga pemberian pupuk menjadi efisien.
Penyiangan menggunakan
gasrok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 10 – 15 HST
- Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan diulangi 10 – 25 hari kemudian
- dilakukan pada kondisi air macak-macak dengan ketinggian 2 – 3 cm
- Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan
- Dilakukan dua arah yaitu diantara dan di dalam barisan tanaman.
Pengendalian gulma atau penyiangan secara manual hanya efektif
dilakukan apabila air di petakan sawah dalam kondisi macak-macak atau tanah
jenuh air. Jika kondisi tidak memungkinkan dilakukan penyiangan/pengendalian
gulma secara manual dan populasi gulma sudah tinggi maka pengendalian gulma
dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida.
Pengendalian Hama dan
Penyakit Terpadu (PHT)
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) merupakan
suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga
pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam dan
tidak menimbulkan kerugian yang besar.
hama dan penyakit terpadu
(PHT) merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit
diantaranya dengan melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman
sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat menjadi lebih tepat.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dapat dilakukan
dengan menggunakan strategi diantaranya :
- Gunakan varietas tahan hama dan penyakit
- Tanam tanaman yang sehat
- Memanfaatkan musuh alami
- Pengendalian secara mekanik (menggunakan alat) dan fisik (menangkap)
- Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu.
Panen dan Pasca Panen
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah sangat
memperhatikan proses penanganan panen dan pasca panen. Panen dan pasca panen
harus ditangani secara baik dan benar karena penanganan panen dan pasca panen
yang tidak baik dan benar dapat menyebabkan kehilangan hasil 4 – 18 %.
atkan butir padi dan beras dengan kualitas baik perlu
memperhatikan ketepatan waktu panen. Panen terlalu cepat dapat menimbulkan
prosentase butir hijau tinggi yang berakibat sebagian butir padi tidak berisi
atau rusak saat digiling. Panen terlambat menyebabkan hasil berkurang karena
butir padi mudah lepas dari malai dan tercecer di sawah atau beras pecah saat
digiling.
Umur tanaman padi mungkin berbeda antara varietas satu dengan
varietas yang lainnya sehingga hal ini juga perlu diperhatikan. Hitung sejak
padi berbunga biasanya panen dilakukan pada 30 s/d 35 hari setelah padi
berbunga. Jika malai telah menguning 95 % segera lakukan pemanenan.
Panen dilakukan dengan cara memotong padi menggunakan sabit
bergerigi 10 – 15 cm dari atas permukaan tanah atau dari pangkal malai jika
akan dirontok dengan power thresser. Panen sebaiknya dilakukan secara
berkelompok (15 – 20 orang) yang dilengkapi dengan alat perontok. Dengan cara
ini maka tingkat kehilangan hasil pada saat panen dapat dikurangi.
tik atau terpal sebagai alas padi yang baru dipotong dan
ditumpuk sebelum dirontok. Sesegera mungkin padi dirontokan, apabila panen
dilakukan pada waktu pagi hari sebaiknya sore harinya segera dirontokkan karena
perontokkan yang dilakukan lebih dari dua hari dapat menyebabkan kerusakan
beras.
Perlu diperhatikan juga jika perontokkan padi dilakukan dengan
cara tradisional (di-gepyok) maka gunakan alas dari plastik atau terpal
yang lebarnya mencukupi dan bagian pinggir plastik atau terpal dilipat keatas
yang berfungsi sebagai dinding untuk menahan butir padi terlempar keluar dari
alas sehingga dapat mengurangi kehilangan hasil.
Proses selanjutnya adalah penanganan pasca panen. Gabah yang
sudah dirontokkan dijemur di atas lantai jemur atau jika tidak ada bisa
menggunakan terpal. Gabah dijemur dengan ketebalan 5 – 7 cm dan dilakukan
pembalikan setiap 2 jam sekali hingga kering. Gabah kering jika tidak langsung
digiling harus disimpan di tempat yang bersih dalam lumbung/gudang yang bebas
hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Gabah yang akan dikonsumsi agar
diperoleh beras dengan kualitas baik disimpan dengan kadar air 14 %. Sedangkan
gabah yang akan digunakan sebagai benih disimpan dengan kadar air 12 %.
Gabah yang akan disimpan dalam waktu lama harus memiliki kadar
air yang lebih rendah. Untuk penyimpanan 4 – 6 bulan gabah harus memiliki kadar
air 12 % dan apabila disimpan selama 7 – 12 bulan kadar air gabah 11 %.
Yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah adalah tempat
penyimpanan dan wadah yang digunakan untuk mengemas gabah. Gudang atau tempat
penyimpanan harus bersih dari kotoran dan hama, dapat melindungi gabah dari
hama seperti tikus dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
Wadah pengemas dapat menggunakan kemasan karung, kemasan plastik
dan kemasan yute. Kemasan harus dapat melindungi gabah dari hama, kerusakan fisik
terhadap goncangan dan mudah dipindahkan. Simpan gabah dengan ditata rapi
secara bertumpuk dan mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sebaiknya kemasan
atau karung disimpan tidak langsung menempel pada dinding karena dapat
mempengaruhi kelembaban padi dalam kemasan.
Pencegahan dan pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara
fumigasi. Penggunaan insektisida jangan langsung disemprotkan pada butiran
gabah karena dapat mempengaruhi kualitas gabah.
Gabah yang sudah disimpan jika akan digiling diangin-anginkan
terlebih dahulu sebelum digiling untuk menghindari butir beras pecah.
4.2. TEKNIK PEMBUATAN
BIOGAS
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain
sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 %
N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar
biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan
sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi
Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda Biogas atau sering disebut pula gas
bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran
manusia, atau sampah direndam dalam air dan disimpan didalam tempat tertutup
atau anaerob (tanpa udara). Biogas ini sebenarnya dapat pila terjadi pada
kondisi alami. Namun untuk mampercepat dan menampung gas ini, diperlukan alat
yang memenuhi syarat terjadinya zat tersebut.
Jika kotoran ternak yang yang telah dicapur air atau isian
(slurry) dimasukkan kedalam alat pembuat biogas maka akan terjadi proses
pembusukan yang terdiri dari dua tahap, yaitu proses aerobik dan proses
anarobik. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil prosesnya
berupa karbon dioksida (CO2). Proses ini berakhir setelah oksigen didalam alat
ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut pada tahap kedua (proses
anaerobic). Pada proses yang kedua inilah biogas dihasilkan. Dengan demikian,
untuk menjamin terjadinya biogas alat ini harus tertutup rapat, tidak
berhubungan dengan udara luar sehingga tercipta kondisi hampa udara (tanpa
udara).
Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena
mengandung gas metan (CH4) dalam prosesntasenya yang cukup tinggi (54 – 70 %).
Akibat lain yang ditimbulkan karena penggunaan kotoran ternak sebagai biogas
adalah :
1.
Mengurangi ketergantungan pada pemakaian
minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya mahal.
2.
Mengurangi dampak yang muncul dari polisi yang
disebabkan oleh kotoran.
3.
Dalam jangka panjang, diharapkan mampu
mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan bakar sehingga kelestarian hutan
menjadi lebih terjaga.
4.
Sisa campuran kotoran yang sudah tidak
menghasilkan gas (sludge) dapat
digunakan pupuk organik yang baik.
BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan yang
diperlukan dalam membuat peralatan adalah :
1.
3 buah drum (200 Liter) dan sebuah drum (120
liter). Bisa terbuat dari seng atau plastik.
2.
pipa
dengan diameter 0,5 inchi (1,25 cm) dilengkapi dengan kran untuk saluran gas.
3.
pipa dengan diameter 2 inchi (5 cm) untuk
sdaluran isian dan pembuangan.
4.
corong dengan dimeter ujung 2 inci, sebagai
corong pemasukan.
5.
selang untuk penyaluran gas.
DESAIN ALAT
Cara membuat alat
sebagai berikut :
1. Tabung Produksi
Dua drum (200 liter) dibuka salah satu sisinya, dengan sebuah
drum yang dibuka separo (0,5 diameter). Kemudian sisi yang terbuka penuh dan
sisi yang terbuka sebagian tersebut disambungkan. Pada sisi drum yang lain
dibuat lubang masing-masing dengan diameter 5 cm . Satu lubang dihubungkan
dengan pipa pemasukan, dan lubang yang lain dengan pipa pembuangan
(masing-masing pipa berdiameter 5 cm). Dan perkuat tiap-tiap pipa tersebut
dengan sebuh penopang. Usahakan ketinggian pipa pemasukan dengan sebuah corong,
untuk mempermudah proses pengisian, agar tidak terguling (menggelinding) ,
sebaiknya tabung produksi diberi kaki penyangga, usahakan posisi kedua pipa
tegak keatas. Pada sisi atas tabung dibuat lubang dengan diameter 1,25 cm dan
disambungkan dengan pipa seukuran yang sudah dipasang kran. Tabung produksi
sudah jadi dan bisa dihubungkan dengan tabung penyimpanan dengan selang melalui
kran.
2. Tabung penyimpan
Buka salah satu sisi drum (120 liter dan 200 liter). Untuk drum
kecil (120 Lt) pada sisi yang lain dibuat 2 lubang berdiameter 1,25 cm, satu
lubang untuk pemasukan gas dan yang lain untuk pengeluaran. Sambungkan kedua
lubang tersebut dengan pipa seukuran, dan untuk pipa pengeluaran pasang kran.
Letakkan drum besar dengan sisi terbuka menghadap keatas,lalu masukkan drum
kecil dengan posisi terbalik. Tabung penyimpanan sudah jadi dan bisa diisi
dengan air. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat adalah kekedapannya,
jadi sebelum alat degunakan sebaiknya diuji drlr kekegapannya, kalau ada yang bocor
harus ditambal atau diganti.
CARA PEMBUATAN:
1.
Yang dilakukan pertama kali adalah membuat
isian yaitu campuran dari kotoran ternak yang masih segar dengan air dengan
perbandingan 1 ; 1,5
2.
Aduk hingga rata dan bersihkan dari benda
benda0benda lain yang mengkin terbawa
3.
Masukkan isian ke dalam tabung produksi sampai
penuh (ada yang keluar dari pipa buangan)
4.
Buka kran pada tabung produksi, yang telah
dihubungkan dengan tabung penyimpan melalui sebuah selang.
5.
Masukkan air kedalam tabung penyimpan (drum
200 lt_ sampai ketinggian 50 cm.
6.
Masukkan drum kecil kedalamnya dan biarkan
tenggelam sebagian. Jangan lupa tutup kran pembuangan gas.
7.
Setelah 3 minngu, gas mulai terbentuk ditandai
dengan terangkatnya drum kecil. Gas ini masih bercampur udara sehingga rawan
meledak, karena itu harus dibuang dengan cara membuka kran pembuangan. Setelah
habis, (ditandai dengan turunnya kembali drum kecil) maka kran kembali ditutup.
Dan berikutnya gas yang terbentuk sedah dapat digunakan.
8.
Pengisian selanjutnya dapat dilakukan setiap
hari, banyaknya sekitar 20 liter.
a. Manfaat
Energi Biogas
Manfaat energi
biogas adalah menghasilkan
gas metan sebagai pengganti
bahan bakar khususnya minyak
tanah dan dapat dipergunakan
untuk memasak. Dalam skala besar,biogas
dapat digunakan sebagai
pembangkit energi listrik.
Di samping itu,
dari proses produksi biogas akan
dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai
pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian. Dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut
mengingat cukup banyaknya populasi ternak
. Jumlah sapi 11 juta ekor, kerbau 3
juta ekor dan kuda 500 ribu ekor . Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat
dihasilkan ± 2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas
juga sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat
digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan
dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak
kecil pula.
b. Kelebihan dan
Kekurangan Biogas
Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah
kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap
lingkungan, antara lain:
1.
Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk
dijadikan kayu bakar.
2.
Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat
karena tidak mengeluarkan asap.
3.
Kandang hewan menjadi semakin bersih karena
limbah kotoran kandang langsung dapat diolah.
4.
Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester
dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.
5.
Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah
kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak
6.
Realatif lebih aman dari ancaman bahaya
kebakaran.
c. Adapun kekurangannya adalah :
1.
Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam
bentuk instalasi biogas.
2.
Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai
terutama dalam proses produksi.
3.
Belum dikenal secara meluas dalam masyarakat.
4.
Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam
tabung.
d.
Jenis-Jenis Biogas
Ada dua macam Biogas yang dikenal saat ini, yaitu Biogas (yang
juga sering disebut gas rawa) dan Biosyngas. Perbedaan mendasar dari kedua
bahan diatas adalah cara pembuatannya.
1. Biogas
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik
dengan bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi
biogas didominasi oleh Komposisi biogas terdiri
atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-45%, Nitrogen
(N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S)
0-3%, Oksigen (O2) 0.1-0.5%. Nilai
kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan
setengah liter minyak diesel
2. Biosyngas
Biosyngas (atau lebih sering disingkat Syngas atau Producer Gas)
adalah produk antara (intermediate) yang dibuat melalui proses gasifikasi
termokimia dimana pada suhu tinggi material kaya karbon seperti batubara,
minyak bumi, gas alam atau biomassa dirubah menjadi Karbon monoksida (CO) dan Hidrogen
(H2). Apabila bahan bakunya batubara, minyak bumi dan gas alam, maka
disebut Syngas, sedangkan jika bahan bakunya biomassa maka disebut Biosyngas.
Biosyngas dapat digunakan langsung menjadi bahan bakar atau sebagai bahan baku
untuk proses kimia lainnya. Kandungan energi biosyngas kurang lebih 3 – 8
MJ/N.m3 (mega joules per normal meter kubik), tetapi dapat
mencapai 10 – 20 NJ/N.m3 jika menggunakan oksigen murni
digunakan dalam proses gasifikasi. Jika dalam proses gasifiksi ditambahkan
uap/steam, yang disebut “reforming”, gas yang dihasilkan akan mengandung
hidrogen (H2) dalam konsentrasi tinggi.
4.3. KERIPIK
PISANG
4.3.1. Proses Pembuatan Kripik Pisang
Kripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan
buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang
diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan/ memperpanjang kemanfaatan buah
pisang. Syarat mutu kripik pisang dapat mengacu SNI 01-4315-1996, Kripik
Pisang.
Kripik pisang-Standar Teknis ini berlaku untuk pembuatan Pisang
menjadi Kripik Pisang. Prosedur Opersional Pengolahan Kripik Pisang terdiri
dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku Kripik pisang, penyiapan
peralatan Kripik pisang dan kemasan Kripik pisang, pengupasan Kripik pisang dan
pengirisan Kripik pisang, pencucian Kripik pisang dan perendaman Kripik
pisang, penggorengan Kripik pisang, penirisan minyak Kripik pisang,
pemberian bumbu Kripik pisang, pengemasan Kripik pisang dan pelabelan Kripik pisang,
serta penyimpanan Kripik pisang.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat keripik pisang adalah
sebagai berikut:
1. Pisang
1. Pisang
Bahan baku dalam pembuatan kripik pisang adalah pisang mentah.
Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah sehingga
mudah diiris-iris/ dirajang tipis- tipis dan dibentuk sesuai dengan selera
konsumen. Syarat Mutu Pisang Kepok Kuning Segar dapat mengacu pada SNI 01
– 4481 – 1998.
2. Air Bersih
Air dalam pembuatan kripik pisang digunakan untuk mencuci pisang.
Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum dan air bersih sesuai
standar Permenkes RI No. 416/MENKES/PERK/IX/90. Air tersebut tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung zat yang
membahayakan.
3. Minyak goreng
Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak
kelapa sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741
– 2002. Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan menghasilkan
kripik yang tidak tahan lama(cepat tengik).
4. Larutan Natrium
Bisulfit (Na2SO3)
Larutan Natrium Bisulfit 0,3% - 0,5% digunakan untuk merendam
pisang agar tidak terjadi perubahan warna menjadi coklat. Di perdesaan larutan
ini dapat diganti dengan potongan-potongan daun sirih.
Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan kripik pisang adalah :
1.
Gula pasir
Fungsi gula dalam pembuatan kripik pisang adalah untuk
memberikan rasa manis. Gula pasir dibuat sirup terlebih dahulu dengan
perbandingan 1 kg gula pasir dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan
harus bermutu baik, yaitu kering, tidak bau apek atau masam, tidak nampak
adanya ampas atau bahan asing dan berwarna putih. Standar gula kristal putih
(SNI 01-3140-2001).
2.
Garam dapur
Fungsi garam dapur
adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang digunakan adalah garam beryodium
(SNI 01 – 3556 – 2000).
Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kripik
pisang antara lain:
1. Baskom
2. Alas Telenan
3. Alat perajang (slicer)
4. Pisau stainless steel
5. Ember plastic
6. penggorengan (wajan)
7. Vacuum Frying
8. Sealer
9. Tungku atau kompor atau kompor gas
10. Tampah/nyiru/wadah
11. Container plastic
12. Plastik Polipropilen (PP) ketebalan 0,8
mm/aluminum foil
13. Label
Tahapan-tahapan poses
yang harus dilakukan dalam pembuatan keripik pisang adalah sebagai berikut:
a.
Pengupasan dan Pengirisan
Pisang dikupas,
kemudian diiris tipis-tipis (tebal 2 – 3 mm) secara memanjang atau melintang,
langsung ditampung dalam bak perendaman untuk menghindari proses oksidasi enzim
fenolase yang ada dalam getah pisang.
b.
Perendaman
Hasil irisan direndam dalam larutan natrium bisulfit (Na2SO3)
0,3 – 0,5% selama 10 menit lalu ditiriskan.
c.
Penggorengan
Irisan buah pisang digoreng menggunakan minyak yang cukup banyak
sehingga semua bahan terendam. Tiap 1 kg irisan pisang membutuhkan 3 liter
minyak goreng. Selama penggorengan, dilakukan pengadukan secara pelan-pelan.
Penggorengan dilakukan sampai kripik cukup kering dan garing. Hasil
penggorengan disebut dengan kripik pisang. Untuk mendapatkan keripik pisang
dengan rasa manis dapat dilakukan penaburan dengan gula halus.
d.
Penirisan minyak
Hasil penggorengan
pertama ditiriskan dengan menggunakan peniris minyak hingga minyak yang ada
menetes tuntas.
e.
Pemberian Bumbu
Untuk melayani
konsumen yang memiliki selera berbeda-beda, dapat diciptakan rasa kripik pisang
yang beraneka rasa, misalnya kripik pisang manis, kripik pisang asin, dan
kripik pisang pedas.
Caranya adalah sebagai
berikut :
1.
Kripik Pisang Rasa Manis
Penyiapan larutan
gula. Gula pasir putih dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1 kg gula : 250
ml air, dan diaduk-aduk sampai larut merata. Setelah itu larutan dipanaskan
sampai mendidih. Setelah mendidih, api segera dikecilkan untuk menjaga larutan
gula tetap panas dan cair. Pencelupan dalam larutan gula. Keripik yang telah
ditiriskan segera dicelupkan ke dalam larutan gula, diaduk sebentar agar
merata, lalu diangkat dan didinginkan / diangin-anginkan.
2.
Kripik Pisang Rasa Asin
Kripik pisang yang sudah digoreng setengah kering dicelupkan ke
dalam larutan garam dengan perbandingan 1:100
3.
Kripik Pisang Rasa Pedas
Kripik pisang yang
sudah digoreng setengah kering dicelupkan ke dalam larutan bumbu yang terdiri
dari cabe, bawang putih, dan garam. Setelah itu larutan dipanaskan sampai
mendidih. Setelah mendidih, api segera dikecilkan untuk menjaga larutan bumbu
pedas tetap panas dan cair.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.
Jika minyak bekas akan dipakai lagi, maka
diperlukan penambahan minyak baru dengan perbandingan minyak bekas : minyak
baru 1 : 1 (jika intesitas pemakaian dalam satu hari lebih dari 3 (tiga) kali
(sering) atau 3 : 1 (jika intesitas pemakaiannya kurang dari 3 (tiga) kali.
2.
Proses sortasi dilakukan untuk mengklasifikasi
kualitas atau mutu dengan cara memilah dan mengelompokkan berdasarkan ukuran,
warna, dan bentuk keripik yang dihasilkan, dilakukan secara manual.
3.
Proses pengemasan bertujuan untuk meningkatkan
daya simpan produk. Bahan pengemas yang umum digunakan untuk kripik pisang
adalah plastik polipropilen dengan ketebalan minimal 0,8 mm atau aluminium
foil. Pengemasan produk yang berupa kripik sebaiknya menggunakan mesin
pengemas vakum (vacuum sealer).
4.
Ruang pengepakan usahakan mempunyai kelembaban
udara (RH) yang rendah mengingat sifat keripik vakum ini
higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang ber-AC. Setelah produk
dikemas, dilakukan pemeriksaan terhadap penutupan kantong plastik.
5.
Pelabelan makanan harus mengikuti ketentuan PP
No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Pemberian label
bertujuan untuk memberi informasi tentang produk dan memberi penampilan yang
menarik. Informasi terdiri dari nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat
bersih, nama produsen, tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, nomor registrasi,
serta label Halal.
6.
Penyimpanan produk akhir sebaiknya dilakukan
di ruang yang terpisah dengan ruang penyimpanan bahan baku. Dalam proses
pengangkutan dihindarkan dari kerusakan fisik dan pengaruh cahaya sinar
matahari langsung untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Apabila semua
faktor tersebut dilakukan dengan benar, maka kripik pisang yang dikemas dengan
menggunakan plastik propilen dapat bertahan 3 bulan, jika menggunakan alumunium
foil bisa mencapai ± 1 (satu) tahun. Sebab alumunium foil kedap uap air
dan oksigen serta sinar ultra violet dari sinar matahari.
Packaging Material “Keripik Pisang”
Proses pengemasan bertujuan untuk meningkatkan daya simpan produk. Bahan
pengemas yang umum digunakan untuk kripik pisang adalah plastik polipropilen
dengan ketebalan minimal 0,8 mm atau aluminium foil. Pengemasan produk yang
berupa kripik sebaiknya menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum sealer). Ruang
pengepakan usahakan mempunyai kelembaban udara (RH) yang rendah mengingat sifat
keripik vakum ini higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang
ber-AC. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan terhadap penutupan
kantong plastik. Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis
plastik olefin, dengan rumus bangun sebagai berikut :
(─CH2─ CH ─)n
│
CH3
Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen,
Escon, Olefane dan Profax.. Sifat-sifat dan penggunaannya sangat mirip dengan
polietilen, yaitu :
ü ringan (densitas 0.9
g/cm3)
ü mudah dibentuk
ü tembus pandang dan
jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku
ü lebih kuat dari PE.
Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya mudah pecah pada suhu -30oC
sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan
terhadap benturan. Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.
ü lebih kaku dari PE dan
tidak mudah sobek sehingga mudah dalam penanganan dan distribusi
ü daya tembus
(permeabilitasnya) terhadap uap air rendah, permeabilitas terhadap gas sedang,
dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah rusak oleh oksigen.
ü tahan terhadap suhu
tinggi sampai dengan 150oC, sehingga dapat dipakai untuk mensterilkan bahan
pangan.
ü mempunyai titik lebur
yang tinggi, sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung dengan sifat kelim
panas yang baik.
ü polipropilen juga
tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk kemasan minyak dan sari
buah. Pada suhu kamar tidak terpengaruh oleh pelarut kecuali oleh HCl.
ü pada suhu tinggi PP
akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen, terpentin dan asam nitrat kuat.
Sifat-sifat polipropilen dapat diperbaiki dengan memodifikasi
menjadi OPP (oriented polyprophylene), yaitu pembuatannya dilakukan dengan
menarik ke satu arah, atau menjadi BOPP (Biaxial Oriented Polypropylene), jika
ditarik dari dua arah.
Aluminium foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam
aluminum yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini
mempunyai tingkat kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti
keras. Semakin tinggi bilangan H-, maka aluminium foil tersebut semakin keras.
Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Jika kurang tebal,
maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan 0.0375 mm,
maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil tersebut tidak dapat
dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya digunakan untuk
permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm digunakan sebagai tutup
botol multitrip.
Sifat-sifat dari aluminium foil adalah hermetis, fleksibel,
tidak tembus cahaya sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang
berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap cahaya seperti margarin dan
yoghurt. Aluminium foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau laminan.
Kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain dapat menghasilkan jenis
kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort pouch
adalah harus mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak
mudah sobek bila tertusuk dan tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi.
No.
|
Material
|
Haram yang Teridentifikasi
|
Alasan Penetapan Resiko Keharaman
|
Resiko Haram
|
Cara Pencegahan
|
CCP
|
1.
|
PP (Polyprophylene)
|
-
|
Terbuat dari bahan
kimia
|
Rendah
|
Dengan memperhatikan
jumlah migran/monomer plastik (bahan-bahan kimia yang membentuk plastik) yang
bermigrasi ke dalam pangan. sebaiknya kemasan plastik tidak digunakanuntuk
pangan yang bersifat asam, mengandung lemak atau minyak, terlebih dalam keadaan
panas
|
CP
|
2.
|
Aluminium Foil
|
-
|
Terbuat dari logam
dan bahan kimia
|
Rendah
|
Aluminium yang
digunakan untuk mengemasan produk buah-buah harus dilapisi dengan enamel
untuk mencegah terjadinya akumulasi gas hidrogen yang dapat menyebabkan
terbentuknyagelembung gas dan karat.
|
CP
|
4.3.2. Pemasaran
Pemberian sampel produk gratis untuk di uji coba sangat perlu
untuk memastikan cita rasa kripik pisang buatan Anda. Dari situ biasanya akan
ada beberapa masukkan dari calon customer mengenai cita rasa. Anda harus
merespon dgn cepat dan melakukan beberapa perbaikan bila dianggap perlu. Karena
itu sangat mutlak.
Setelah bisa dipastikan bahwa banyak peminat dari kripik pisang
produksi Anda, maka Anda bisa mencoba pemasarannya melalui :
·
rekan, kerabat dan kolega Anda,
·
pemasaran ke pertokoan, rumah makan, dan
minimarket di sekitar kota Anda.
·
Jika perlu, Anda perlu merekrut agen pemasaran
dan juga distributor untuk membantu kegiatan pemasaran.
·
Selain itu, tidak ada salahnya juga bila anda
memasang iklan promosi di surat kabar harian lokal di kota Anda
·
Promosi via internet dan situs jejaring
sosial, seperti facebook, friendster, twiter dan lainnya untuk mempromosikan
secara luas lagi.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah kami
lakukan pada saat penilitian dapat di simpulkan bahwa Pertanian
Berkelanjutan Suatu Konsep Pemikiran
Masa Depan. Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang berlanjut
untuk saat ini, saat yang akan datang dan selamanya. Artinya pertanian tetap
ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi semuanya.
Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini,
saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita.
5.2. SARAN
Dengan sengaja kami buat Laporan Praktek
ini yang bertujuan agar bisa membantu petani dalam peningkatan produksi secara
kuantitas dan kualitas. Dengan disusunya Laporan Praktek ini kami berharap para
pembaca atau petani bisa menerapkan metode-metode budidaya tanam pangan maupun
cara pembuatan kompos telah kami buat ulasannya. Agar Laporan Praktek yang kami
buat tidak sia-sia atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Daftar
Pustaka
Kasumbogo-Untung.
2010. Penerapan Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Ketahanan
Pangan. Artikel. Diakses pada Tanggal 14 Desember 2012 dari http://kasumbogo.staff.ugm.ac.id/?satoewarna=index&winoto=base&action=listmenu&skins=1&id=137&tkt=2
http://id.wikipedia.org/wiki/Padi
Diakses 19 Desember 2012
http://teknikseo-dasar.blogspot.com/2012/04/cara-mudah-memberantas-hama-tikus.html
Diakses 19 Desember
2012
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Mesin%20Budidaya%20Pertanian/Alat%20Pengolahan%20tanah/index4april.html#Alat%20dan%20Komponen%20Operasi.
Diakses 19 Desember 2012
http://www.google.com/search?hl=id&biw=1366&bih=595&gbv=2&tbm=isch&sa=1&q=alat+dan+mesin+pengering+padi&oq=alat+dan+mesin+pengering+padi&gs_l=img.3...53997.58343.0.58573.7.7.0.0.0.0.97.556.6.6.0...0.0...1c.1.Zf-eTSYfWus.
Diakses 19 Desember 2012
Assauri, S. 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep, dan
Strategi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan
Kontrol). Prentice-Hall Inc, New Jersey.
LAMPIRAN
1. ALAT PEMBUAT KOMPOS
Mesin Penggiling Kompos Mesin Pencacah Bahan Kompos
Alat Penyaring Kompos
2. ALAT
PEMBUAT KERIPIK
Mesin
Pengiris Keripik Alat
Penggoreng Kripik
Alat
Peniris Kripik Alat
Pengemas Plastik
3. ALAT
PEMBUAT BIOGAS
Tabung Bahan Baku Biogas Alat
Penampung Biogas
4. ALAT
TANAMAN PANGAN
Traktor Alat Pengering Gabah
Alat Perontok
Padi Alat
Pembajak Modern
Alat Penggiling Padi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar