Disebuah SMA ada salah seorang siswi yang bernama Tita Ayusita yang lebih dikenal dengan panggilan Tita yang telah duduk di kels XII. Tita memiliki 2 sahabat cewek yang bernama Nurul, dan Nungky. Mereka bertiga jika bertemu, sangat kelihatan akrab dan kompak. Maklum, mereka sudah berteman sejak kelas VII SMP. Tita sangat membenci salah seorang teman laki-lakinya yang bernama Yudha. Nama lengkapnya Yudha Septino Aji. Setiap kali bertemu, hanya ada pertengkaran diantara Tita dan Yudha. Tita yang begitu sangat sensitif dengan Yudha, selalu saja mengejek Yudha dengan sebutan “Sok Cengir” yang artinya, sok cakep, ganteng, dan pintar. Memang sih, Yudha juga termasuk siswa yang berprestasi dalam menyampaikan pendapat, itulah salah satu yang dibenci oleh Tita.
Suatu hari, pada
pelajaran Biologi semua siswa di tugaskan mencari satwa-satwa yang hampir punah
di hutan Gregek dan flora-flora yang unik. Di hutan itu, Ibu Reni membagi
kelompok menjadi 2 orang setiap kelompok. Kelompok pertama, Arina dan Elo.
Kelompok kedua, Gracia dan Beno. Kelompok tiga, Rio dan Vanneza. Kelompok
empat, Nurul dan Nungky. Sejak mendengar jika sahabat-sahabat Tita sekelompok
berdua, Tita terus saja berdoa agar dia tidak dikelompokkan dengan Yudha.
Selanjutnya, adalah pengumuman kelompok terakhir. Ibu Reni pun segera
menyebutkan nama anggota kelompok tersebut.
“Kelompok lima adalah Tita
dan Yudha.” Kata Ibu Renhita
“Apa? Gue sekolompok
dengan Yudha? Aku tidak mau Bu. Please!” mohon Tita
“Tita, semua anggota
kelompok sudah Ibu atur, dan perasaan kalau ibu pikir-pikir, lebih baik kamu
sekolompok dengan Yudha, karena Yudha pintar dalam berbicara. Mau?” kata Ibu
Renhita
“Tapi, bu......??
emangnya tidak ada teman yang lain selain si sok cengir ini?” Tanya Tita
“Tita, Yudha itu
berprestasi. Jadi, lebih baik kamu berteman dengan Yudha.” Jawab Ibu Reni
“Hmm, kayaknya kamu tidak
suka yah, Tita kita satu kelompok? Dan kamu pikir aku suka sekolompok sama
kamu?” tegas Yudha menatap mata Tita dengan tatapan yang sangat dekat
Tita hanya terdiam
sejenak mendengar kata-kata Yudha padanya. Dan kemudian, Tita membalasnya
dengan tatapan yang sama.
“Heh, sampai kapanpun aku
akan tetap benci sama kamu. Ngerti?” Lanjut Tita
“sampai kapan kamu bisa
bertahan seperti itu? Dan, pasti suatu saat nanti kamu akan mencari dan
mengejar-ngejar aku, kan?” Sahut Yudha
Disuatu tempat yang
jalannya sempit dan disetiap tepi jalanan itu ada jurang. Kaki Tita terpeleset,
dan hanya Yudha lah yang bisa menolong Tita saat itu.
“Aaaaah,, Yudha tolongin
aku!” Teriak Tita
“Eh,, iya iya. Makanya
hati-hati, jangan kebanyakan cengar-cengirnya.” Kata Yudha
“Enak aja, ini tuh aku juga
terpaksa banget minta tolong dengan kamu, soalnya sudah tidak ada teman yang
lain.” Jawab Tita
“Ih, syukur-syukur yah
kalau gue nolongin lo.” Kata Yudha
Tita pun terdiam dan
merasa bersalah dengan Yudha, tetapi Tita selalu berbohong kepada dirinya sendiri
untuk tidak memuji Yudha.
Dipertengahan hutan, Tita
merasa kehausan, padahal ditengah hutan tidak ada teman yang lain selain Yudha.
“Aduh, aku haus banget.
Apalagi, bekalan air minumku sudah error.” Kata Tita sembari meminta air minum
dari Yudha
“Hm, nih. Minum aja air
minumku.” Kata Yudha
“Trus, kamu. Kamu
memangnya tidak haus yah? Mendingan kamu simpan saja buat bekal kamu nanti.”
Kata Tita
“Tidak apa-apa. Mumpung
aku lagi baik nih. Kalau nanti benciku kambuh lagi, gimana coba?” ancam Yudha
“Yah sudah, kalau kamu
pinginnya gitu. Sini gue minum (sambil merampas air yang dipegang oleh Yudha).”
Kata Tita
Setelah penelitian
selesai, semua siswa kembali melanjutkan aktivitas sekolah seperti biasanya.
Begitupun Tita, Nurul dan Nungky yang tetap kompak bersama. Dibalik semua itu, sikapYudha
sekarang telah berubah pada Tita.
Yudha selalu saja
mendekati Tita. Entah, apakah Yudha hanya ingin membuat Tita GR atau hal lain
yang serupa.
“Hm. (sambil duduk
disamping Tita).” Ucap Yudha
“Hm too. Ada apa loh sok
cengir?” ejek Tita
“Tidak ada apa-apa. Emang
salah kalau kita baikan? Tidak enak kan jika kita saling benci-bencian.” Jawab Yudha
“Jadi,
maunya kamu kalau kita baikan? Gitu?” Tanya Tita
“Yo’i.” Jawab Yudha
dengan singkatnya
“Emangnya lo kesambet
setan apa sih? Ko’ lo tiba-tiba aja mau baikan sama gue?” Tanya Tita keheranan
“Karena......”Kata Yudha
yang membuat Tita menjadi penasaran
“Karena apa? Karena kamu
mau buat aku GR gitu?” Tanya Tita
“Karena aku sayang sama
kamu (dengan suara berbisik).” Kata Yudha terus terang
“Nah, mulai lagi yah
ngebuat aku jadi GR melulu. Lho pikir gue akan terpengaruh begitu saja?”Tanya Tita
“Tidak, aku serius. Aku
mohon kamu bisa mengerti. Ok?” Kata Yudha
Hati Tita terasa berbeda
dengan yang sebelumnya. Biasanya, Tita hanya berpikiran kalau semua itu hanya
canda. Namun, kali ini hati Tita bagaikan keliru dalam memilih, apakah Yudha
itu serius ataukan cuman mempermainkan Tita saja.
Malam minggu telah tiba,
dering telepon genggam Tita kemudian terdengar. Ternyata, ada panggilan masuk
dari nomor baru tanpa nama. Ternyata itu adalah Yudha.
Tita langsung mengangkat
telepon itu. Dan, ketika penelpon itu menyebutkan namanya yaitu bahwa kalau dia
itu sebenarnya adalah Yudha, Tita langsung heran seketika dan berpikir kalau
dimana Yudha mendapat nomor handphonenya.
“Hey, lama banget
ngangkatnya. Ini gue, Yudha. Trus, gimana dengan jawaban lho dengan pertanyaan
gue yang di taman sekolah tadi? Mohon dijawab yah,,,??” Tanya Yudha seolah
meminta jawaban
“Em, sebelum aku
menjawab. Aku mau nanya, kalau kamu itu beneran serius atau Cuma mainin aku,
soalnya kita tahu sendiri kan kalau kita berdua musuhan.” Kata Tita
“Emang sih kalau kita
musuhan, namun emang salah jika seorang musuh menyimpan rasa kepada musuhnya
sendiri?” Tanya Yudha
“Tidak.” Jawab Tita
dengan singkat
“Jadi, kamu mau kan jadi
pacar aku?” Tanya Yudha
“Iya.” Jawab Tita dengan
sepenuh hati
“Yang bener?” Tanya Yudha
kembali
“Iya.” Jawab Tita
“Yes,, yes yes....
hehehehehy yyyeee. Uhuyyyy,,,, yes yes
yes. Thank’s.” Ucap Yudha dengan bahagia
“Ih, apaan sih. Baru aja
gitu.” Kata Tita
“Thank’s my darling.”
Jawab Yudha
“hm, Mulai deh.” Kata Tita
Setelah mereka jadian, Tita
terpikir dengan teman-temannya yang cuman taunya kalau Tita dan Yudha itu
musuhan dan tidak mungkin berpacaran. Dan kemudian, Tita kembali menelpon Yudha
mengenai hal itu.
“Yud,” kata Tita
“Ada apa sayang?” Tanya Yudha
“Setelah kita jadian
sekarang, aku pengen kalau kita tidak usah kasi tau keteman-teman kita mengenai
hubungan kita. Please.” Kata Tita
“Trus, kalau mereka
nanya? Gimana?” tanya Yudha
“Yah, tinggal bilang aja
kalau kita tetap bermusuhan. Ok?” Jawab Tita
“OK.” Kata Yudha
Setiap kesekolah, Yudha
dan Tita selalu semobil. Mereka selalu bersama kesekolah. Namun, untuk
menghindari kecurigaan sahabat-sahabat mereka. Tita harus turun dari mobil Yudha
pas di depan pintu gerbang sekolah. Sebenarnya, Yudha tidak mau lihat Tita
jalan sendiri masuk kesekolah, sedangkan dirinya naik mobil. Namun, setiap kali
Tita keluar dari mobil Yudha, Yudha terus saja berkata: “Jangan berpikiran yang
aneh yah tentang aku jika aku naik mobil sedangkan kamu jalan kaki masuk ke
sekolah.”. Lalu, Tita kemudian menjawab:”Tidak akan mungkin, karena kita kan sudah
setuju bersama. Apa lagi yang mau dikhawatirkan. Dan, yang penting semua
sahabat-sahabat kita tidak jadi curigaan sama kita. Ok?”
Suatu saat, Yudha membawa
Tita kerumahnya. Disana Tita langsung diperkenalkan dengan orang tua Yudha.
Orang tua Yudha kelihatan setuju-setuju saja dengan hubungan mereka, namun
orang tua Yudha selalu berpesan agar jangan melewati hubungan seorang saudara.
Mereka berdua pun mengikuti apa kemauan orang tua Yudha.
Selanjutnya, giliran Tita
lah yang membawa Yudha kerumahnya untuk diperkenalkan juga kepada orang tua Tita.
Harapan Tita, agar orang tuanya sepikiran dengan orang tua Yudha yang baik
hati.
Namun, semua itu diluar
dugaan ketika Yudha menyebutkan nama ayah dan ibunya yang dianggap musuh oleh
ayah Tita. Tita sungguh tak menyangka hal ini akan terjadi. Dan, akhirnya ayah Tita
melarang Tita berhubungan dengan Yudha.
“Keluar kamu. Kamu dan
orang tua kamu pasti sama saja. Sama-sama mau menghancurkan rumah tangga saya.”
Kata ayah Tita
“Ayah apa-apaan sih? Ayah
ko’ jadi gini? Memangnya ada apa dengan orang tua Yudha Yah?” Tanya Tita
“Tita, diam kamu. Ayahnya
dia sudah membuat jabatan ayah hilang dari kepanitiaan.” Jawab ayah Tita dengan
marahnya
“Tapi, apa salahnya
dengan Yudha ayah? Yudha tidak tau apa-apa!” kata Tita sambil menangis didepan
ayahnya
“Buat apa kamu tangisin
dia? Kamu pikir ayah setuju apa, dengan hubungan kalian berdua?” tanya ayah Tita
“Tapi aku sayang sama dia
ayah.” Jawab Tita
“Kurang ngajar kamu
(menampar pipi Tita).” Kata ayah Tita
“Om, jangan lakuin itu
om. Semua ini salah aku. Dan, om itu marahnya sama aku, bukan sama Tita. Jadi,
kalau om mau nampar aku, silahkan. Tampar saja aku. Tapi, aku mohon om, jangan
sakiti Tita.” Jawab Yudha
“Kalian sama saja.
(sambil menampar Yudha).” Kata ayah Tita
“Ssudah yah, ayah jangan
sekejam itu.” Pintah Ibu Tita
“Ibu......” Jerit Tita
“Iya sayang, mendingan
kamu ikutin saja apa maunya ayah kamu.” Usul Ibu Tita padanya karena kasih
sayangnya kepada Tita
“Apa bu? Kalau begitu Ibu
sama saja sama ayah. Tidak mau ngeliat anaknya senang.” Jawab Tita
“Semua ini gara-gara kamu
(sambil menunjuk Yudha). Sekarang, kamu pergi dari rumah ini dan jangan lagi
kamu menampakkan diri didepan saya. Ngerti kamu?” Kata ayah Tita yang sedang
mengancam Yudha
“Yudha.... jangan pergi Yud......
tunggu aku, aku akan ikut sama kamu.” Kata Tita
“Masuk kamu, Tita. Dasar
kamu anak yang tidak tau diuntung. Sekarang kamu masuk kamar. Masuk. Masuk ayah
bilang. (sambil menyeret Tita)” kata ayah Tita
“Yudha,,,,, tunggu
akuuuuu.... Ayah jahat.” Kata Tita
Di kamar, Tita sendirian.
Apalagi, sekarang Tita tidak bisa dan tidak boleh keluar. Sebab, pintu kamar Tita
dikunci oleh ayahnya.
Tita langsung menelpon Yudha.
“Yud, bawa aku kabur dari
rumah aku. Aku sudah tidak tahan sendirian tanpa ada kamu disini.” Jerit Tita
dengan tangisan yang berarti
“Iya sayang, sebenarnya
aku mau banget nolongin kamu, tapi aku harus berbuat apa? Apalagi ayah kamu
benci banget sama aku dan orang tua aku hanya gara-gara bisnis.” Kata Yudha
pada Tita
“Sekarang, aku mau kabur
lewat jendela. Aku mohon, kamu tungguin aku di depan rumah yah sayang?” Tanya Tita
“Mendingan sekarang kamu
temuin aku di seberang jalan, kebetulan aku masih ada disini.” Kata Yudha
“Iya, tungguin aku
sayang.” Kata Tita
Merekapun bersama di
tempat yang sunyi dan sama-sama berpikir, bagaimana caranya agar mereka bisa
bersama kembali.
Mereka duduk bersama
diatas mobil Yudha yang berwarna merah. Kemudian, Tita menyanyikan sebuah lagu.
Hilang semua janji
Semua mimpi-mimpi Tita
Hancur hati ini, melihat
semua ini
Lenyap telah lenyap
Kebahagiaan dihati
Ku hanya bisa menangisi semua ini
Hancur hati ini melihat kau telah pergi
Kemudian, Yudha
melanjutkan lagu yang dinyanyTitan oleh Tita.
Langit menjadi gelap berkelabu
Menyelimuti hatiku
Mengubah seluruh hidupku
Lalu, mereka berduapun
sama-sama bernyanyi meratapi apa yang mereka rasakan sekarang ini pada dirinya.
Mengapa semua, jadi
begini
Perpisahan yang terjadi
Diantara kita berdua
Ku akan menanti sebuah
keajaiban
Yang membuat kita bisa
bersama kembali
Setelah mereka menyanyikan
lagu itu, mereka sama-sama tertidur. Tepat pukul 02.00, Tita terbangun dan
kemudian Ia langsung menyuruh Yudha agar dirinya diantar pulang kerumahnya agar
ayahnya tidak mengetahui di pagi hari jika Tita sedang tidak ada di rumah, dan
sedang bersama dengan Yudha.
Dipagi hari, Tita diantar
naik mobil oleh sopir pribadinya. Namun, di tengah jalan, Tita minta turun. Tita
meminta turun dari mobil oleh sopir pribadinya sebab Ia ingin berangkat ke
sekolah bersama dengan Yudha dan dengan menaiki mobil mewah Yudha. Semalam,
mereka berjanjian untuk bertemu di depan kios duren. Akhirnya mereka bersama.
Dan kemudian, tidak lupa pula Tita menyampaikan pesan kepada sopirnya itu, agar
Ia tidak buka mulut mengenai
berangkatnya Tita dengan Yudha ke sekolah kepada ayahnya. Akhirnya, sopirnya
menurut, karena sopirnya sayang sama Tita sebab Tita sudah dianggap sebagai
anaknya sendiri.
“Eh,. Kamu yakin, kalau
pak Sumardi tidak buka mulut pada ayah kamu?” Tanya Yudha
“Ya iya lah. Pak sumardi
itu sudah aku anggap sebagai ayahku sendiri.” Jawab Tita
Tiba-tiba, saat Tita
turun di depan gerbang sekolah, Tita ketahuan berangkat dengan Yudha oleh Nurul
dengan Nungky. Mulai saat itu, mereka berdua curiga dengan Tita dan Yudha.
Bukan hanya Nurul dan Nungky yang curiga dengan Tita dan Yudha. Akan tetapi,
begitupun juga dengan kedua sahabat Yudha yaitu Gilang dan Bayu.
Di lapangan sekolah, Yudha
ditanya oleh Gilang dan Bayu bahwa:
“Sob, ada hubungan apa lo
dengan si cewek manja itu? Bukannya kalian itu bermusuhan? Ko’ aku lihat tadi
kalau kalian berdua sama-sama berangkat ke sekolah.” Tanya Gilang pada Yudha
dengan keheranan
Kemudian, Tita tidak
sengaja lewat di samping Yudha dan dengan sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Tita maksud loh? Ah, tidak
ko’, mana mungkin gue suka sama dia? Apalagi jika sampai-sampai aku pacaran
sama dia? Dan jika aku pacaran sama dia dengan sembunyi-sembunyi dari kalian,
aku Cuma mainin hati dia saja. Dia kan cuma cewek yang gampang dibodohin dan
dibohongin. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah sayang sama dia, malaupun
semua itu dalam terpaksa. (kata Yudha hanya ingin meyakinkan teman-temannya
agar Ia tidak curiga dengan hubungan mereka berdua, padahal, Yudha sangat
sayang sama Tita.).” jawab Yudha
Tita menangis, dengan
mendengar kata-kata yang dikatakan oleh Yudha. Karena dia pikir Yudha serius
dengan kata-katanya. Tita pun lalu lari ke seberang jalan sambil menangis.
“Yudha, kamu jahat!!”
Kata Tita
“Tita, tunggu aku. Semua
itu cuman bohong.” Jawab Yudha
“Aku sudah tidak percaya
lagi sama kamu.” Kata Tita
“Tapi kan kita sudah
berjanji kalau kita tidak akan mengatakan ini semua kepada sahabat-sahabat
kita. Apa kamu lupa?” Tanya Yudha
“Aku tidak lupa. Aku pun
selalu ingat semua itu. Bahkan aku sembunyikan semua itu kepada sahabat-sahabat
kita.” Jawab Tita
“Trus, mengapa kamu
ngambek kayak gini? Aku tidak ngerti sama kamu.” Kata Yudha
“Tapi, tidak gini juga
caranya Yudha.” Tangis Tita
Dengan kata-kata mereka
berdua, teman-teman mereka merasa bingung dengan apa yang terjadi dengan Yudha
dan Tita.
Setelah Tita mau
menyeberang, Tita mengancam Yudha dengan bunuh diri. Yudha terus saja menahan Tita
untuk melakukan itu semua. Akan tetapi, Tita terus saja nekat dengan kata-kata
yang baru saja dikeluarkannya.
“Selangkah lagi kamu
mendekat, aku akan menabrakkan diri aku ke kendaraan yang lewat.” Ancam Tita
pada Yudha
“Tita, jangan lakuin itu,
aku sayang banget sama kamu. Aku serasa tidak bisa hidup tanpa kamu. Kamu harus
tau itu.” Kata Yudha
“Kamu pembohong. Semua
yang kamu katakan padaku itu semuanya bohong. Semula, aku percaya sama kamu.
Dan aku terima permintaan kamu kepada aku untuk menjadi pacar kamu, ternyata
dibalik semua itu kamu sia-siakan semua ini. Aku kecewa sama kamu.” Kata Tita
dengan muka kecewa dan berlinang air mata dipipinya.
Kemudian, dua buah mobil
yang melaju dari arah yang berlawanan. Salah satu mobil itu melaju ke arah
tempat berdirinya Tita. Kpiiiiiiiik kpiiiiiiip... suara klakson mobil berbunyi.
“Tita...... awas!” teriak
Yudha
Kemudian, Yudha dengan
buru-buru untuk langsung menyelamatkan Tita. Tetapi, mobil yang melaju di lawan
arah menyambar Tita, dan mobil yang semula ingin menabrak Tita kemudian
menabrak Yudha yang berniat untuk menyelamatkan Tita, namun mereka berdua
terkena musibah. Mereka terkapar di jalan raya dengan posisi terlentang dan
dengan style Tita berada dipelukan Yudha.
Mereka berdua langsung dilarikan
ke rumah sakit. Untungnya ada sahabat-sahabat mereka yang mendampingi, jadinya
merekalah yang menghubungi kedua orang tua Yudha dan Tita.
Saat di rumah sakit, Tita
mengalami koma, sebab Tita mengalami pendarahan yang cukup berat pada
luka-lukanya. Sayangnya lagi, Tita memiliki golongan darah O yang artinya hanya
golongan darah yang sama lah atau sesama golongan darah O lah yang hanya bisa
mendonorkan darahnya. Ibu Tita memiliki golongan darah A sedangkan ayahnya
memiliki golongan darah O namun, ayahnya tidak bisa mendonorkan darahnya sebab
Ia memiliki berbagai macam penyakit, diantaranya adalah penyakit mag. Nah,
penyakit mag itu adalah salah satu penghambat seseorang untuk bisa mendonorkan
darahnya. Jadi, Tita tidak bisa mendapat donor darah dari ayahnya. Disamping
itu, PMI juga kehabisan cadangan golongan darah O. Sebab, sejak saat ini banyak
yang membutuhkan golongan darah tersebut.
Setelah Yudha sadar, Yudha
hanya langsung menanyakan keadaan Tita. Ketika Yudha mengetahui bahwa Tita
kekurangan darah, Yudha langsung berbicara langsung kepada dokter yang
menanganinya bahwa Ia juga memiliki golongan darah O dan ingin mendonorkannya
kepada Tita seberapapun banyaknya agar Tita bisa sehat kembali.
Setelah didonorkan darah
dari Yudha, Tita pun siuman dan terlepas dari fase koma. Yudha sangat bersyukur
akan siumannya Tita.
Setelah ayah Tita
mengetahui bahwa yang menyelamatkan nyawa anaknya itu adalah Yudha, hati ayah Tita
langsung tersentuh dari pengorbanan Yudha kepada Tita. Ia telah mengetahui
bahwa bagaimana jalinan kasih sayang antara Yudha dan putrinya itu.
Dengan kejadian itu ayah Tita
pun merestui hubungan antara Yudha dengan putrinya
Setelah mereka telah
sehat, mereka masih terbaring di ranjang rumah sakit karena kesehatannya masih
dipertimbangkan oleh para dokter. Setelah membuka matanya, Tita dan Yudha
langsung melihat kearah sahabat karibnya yang sudah berdiri dengan
berpasang-pasangan dan pasangannya adalah sahabat dari kekasihnya. Yaitu, Nurul
berpasangan dengan Gilang sedangkan Nungky berpasangan dengan Bayu.
Akhirnya, mereka semua
bersatu dalam satu Titatan “Cinta” tak ada benci yang semula terajut. Dan
semuanya menjadi sebuah harapan kebahagiaan.
“Dalam tubuhku telah
mengalir darahmu, darahku , darah kita bersama.” Kata Tita dan Yudha secara
bersamaan
“I LOVE YOU FOREVER, AND
IN MY OPINION YOU IS THE BEST FOR ME AND FOR MY LIFE.” Kata mereka kembali
dengan bersamaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar